Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mana Yang Benar, "Gramafon" atau "Gramofon"?

14 September 2014   22:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:42 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14106848091651452216

[caption id="attachment_342707" align="aligncenter" width="631" caption="(ilust kompas epaper)"][/caption]

Hari ini, tatkala membaca Kompas Minggu edisi 14 September 2014, saya tersua penulisan “gramafon” pada caption salah satu foto rubrik “Aku & Rumahku” yang lengkapnya tertulis “Salah Satu Koleksi Gramafon” (lihat gambar di atas). Firasat (intuisi) bahasa saya mengatakan bahwa penulisan “gramafon” ini salah, dan saya segera mengecek pada KBBI, kamus Inggris dan Belanda. Betul saja, menurut KBBI pengejaannya adalah “gramofon” (dan tak ada alternatif ejaan nonbaku ‘gramafon’). Perujukan saya pada kamus Inggris maupun Belanda juga menunjukkan bahwa cara penulisan yang benar adalah “gramophone” dan “grammofoon”. Jadi “gramofon” ini hampir pasti adalah kata serapan (loanword) dari kata Inggris atau Belanda.

Kalau oleh Kompas dieja dengan “gramafon”, apakah ini boleh dikategorikan sebagai kesalahan pengejaan? Sebelum saya membuat sedikit kajian, perlu kita pastikan terlebih dahulu bahwa penulisan “gramafon” ini bukan typo (salah ketik), terbukti pada sebelah kanan foto tersebut tersua lagi penulisan “gramafon” (lihat gambar). Saya cenderung mengatakan bahwa kerancuan penulisan “gramofon” menjadi “gramafon” ini termasuk “misnomer” (salah nama), jadi kalau pun disebut sebagai dosa bahasa, dia termasuk dosa ringan. Huruf “a” dan “o” ini memang sering tertukar-tukar dan akhirnya menjadi kata salah kaprah, seperti contoh lainnya penulisan “tolok ukur” yang seringkali ditulis orang menjadi “tolak ukur”.

Menjadi menarik, kalau kita cermati bahwa huruf “a” dan “o” yang tertukar-tukar ini juga terjadi pada bahasa Inggris, khususnya yang menyerap dari bahasa Melayu. Cobalah Anda lihat bagaimana pengejaan “buah kakao” dalam bahasa Inggris. Alih-alih mengejanya dengan “cacao”, mereka malah mengejanya menjadi “cocoa”. Ini diakui sebagai corruption (penyelewengan penulisan nama) yang sampai detik ini tak pernah dikoreksi. Konon pada kamus Johnson terbitan tahun 1707, lema “cocoa” ini diletakkan di bawah lema “coco” (artinya ‘kelapa’), sehingga kesalahkaprahan ini terus terjadi sampai sekarang.

Ada kata Inggris lain dengan kelirumologi serupa yaitu “proa”. Awalnya mungkin Anda bingung dari kata Melayu apakah penulisan “proa” ini. Ternyata dia menyerap dari kata “prau” alias “perahu” yang pada diberi definisi “a sailing vessel found in the waters of Micronesia and Indonesia, it has a single, large outrigger and a triangular sail”. Tentu kita sedikit penasaran mengapa mereka tidak mengejanya dengan “prao”, tetapi malah menjadi “proa”. Konon pengejaan “proa” ini juga ditemukan dalam bahasa Portugis.

Satu lagi “anomali” penulisan “a” dan “o” yang terbolak-balik dalam bahasa Inggris bisa kita lihat pada kata “Krakatoa”. Ini jelas kata Melayu dan kita menyebut dan menuliskannya dengan “Krakatau”. Lantas mengapa pelaut Inggris menuliskannya dengan “Krakatoa”? Bukankah kalau dieja menjadi “Krakatao” lebih mendekati bunyi (vokalisasi) aslinya? Tak ada yang dapat memberi jawaban yang pasti tentang hal ini. Sama halnya dengan pembahasan awal kita di atas, di mana penulisan “gramofon” diselingkuh menjadi “gramafon”. Selamat berhari Minggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun