[caption id="attachment_112565" align="aligncenter" width="580" caption="lalap kecambah alias bean sprout salad"][/caption]
Setelah berhari-hari saling tuding dan saling todong diantara sesama negara-negara Eropa gara-gara wabah E coli terbesar dalam sejarahnya, nampaknya biang kerok penyebab kepanikan ini berhasil ditemukan. Dia tak lain adalah bean sprouts atau dalam bahasa kita dinamakan kecambah atau taoge yang justru dibudidayakan di kawasan Jerman sendiri. Sebelum temuan kecambah sebagai kendaraan biologis bakteri E coli, otoritas Jerman menuding sayur-sayuran mentah produksi Spanyol (seperti mentimun, tomat dan selada) sebagai ‘tersangka’ terjadinya ledakan (outbreak) muntaber E coli. Tuduhan ini memang tidak main-main, karena sampai hari ini wabah E coli ini telah merenggut 22 nyawa dan menjangkiti lebih dari 22.000 orang. Petani sayur-sayuran Spanyol menjadi berang karena hasil bumi sayur-sayuran mereka tidak laku dijual, sementara bukti-bukti epidemiologis belum ada yang mengarah ke perkebunan mereka.
Bakteri E coli yang menggemparkan Jerman dan sekitarnya memang adalah strain (galur) Escherichia coli yang baru dan sangat ganas. Dia tidak sekedar membuat penderitanya diare ‘biasa’, tapi dia juga menyerang sel-sel darah merah, sehingga terjadi berak darah. Akibat sel darah merah yang dihancurkan ini, maka akan terjadi penyumbatan pada jaringan filter ginjal, sehingga terjadi kondisi yang disebut hemolytic uremic syndrome (HUS). Akibatnya dalam waktu singkat, pasien akan meninggal karena mengalami gagal ginjal. Dari penelitian E coli pendatang baru ini, mengeluarkan toksin Shiga yang sangat kebal terhadap antibiotika, dan diberi nama STEC (Shiga toxin-producing E coli). Seperti kuman E coli strain lainnya, dia berkembang biak pada tinja hewan ternak seperti sapi, domba, kambing dan sebagainya. Karenanya di AS (di negara bagian Montana) pernah terjadi ledakan kasus HUS ini, melalui daging sapi yang tercemar pada hamburger dan menjangkiti sebagian besar pada anak-anak dan waktu itu dinamakan ‘hamburger disease’. Hasil penelitian sementara, strain yang dewasa ini sedang merajalela di Jerman ternyata tidak persis sama dengan strain yang mengganas pada tahun 1994 di AS itu.
Kecambah dan sayuran lainnya yang dibudidayakan di Jerman ini menggunakan sistem organik. Seperti kita ketahui bersama, sistem ini tidak menggunakan pupuk kimia dan seringkali memanfaatkan pupuk kandang (dari kotoran ternak atau manure). Di ladang sayuran ini menggunakan sistem uap hangat (steam) 38 derajat celsius, temperatur yang sangat ideal untuk pertumbuhan bakteri. Otoritas kesehatan di Jerman menyatakan ada 18 jenis kecambah (sprout) yang dicurigai tercemar E coli diantaranya kecambah kacang hijau (mung bean), broccoli, peas, chickpeas, garlic lentils dan radishes. Penderita wabah E coli terbaru ini, justru bukan anak-anak, melainkan orang dewasa dan tiga perempatnya adalah wanita. Ini mungkin bisa dijelaskan karena salad atau lalapan sayur-sayuran mentah ini umumnya dikonsumsi oleh para wanita. Mungkin dengan asumsi sayur-sayuran ini nampak fresh dan bersih, maka tidak dibilas lagi waktu akan disajikan.
Pada tahun 1996, di Jepang pun pernah terjadi wabah E coli yang ditularkan melalui kecambah radis yang tercemar. Pada waktu itu 12 orang meninggal dan lebih 12.000 lainnya jatuh sakit. Jadi nampaknya kuman penyakit pun terus memutakhirkan dirinya dan setiap lahir strain baru, dia menunjukkan keganasan yang lebih hebat. Contoh kuman ganas baru yang menghebohkan lainnya misalnya virus flu burung dan flu babi. Sementara itu, seperti juga kalau terjadi ledakan kasus muntaber di tanah air kita, rumah sakit di Jerman kewalahan menerima serbuan pasien yang menderita diare dan berak darah. Di rumah sakit Hamburg situasinya kacau balau dan berantakan, karena semua pasiennya menderita diare sedangkan kamar kecilnya cuma ada satu. Pengobatan infeksi E coli jenis baru ini juga masih kontroversial. Pemberian antibiotika jenis ciprofloxasine yang biasanya merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk infeksi E coli, dianggap malah menjadi pemicu terjadinya HUS atau kerusakan ginjal. Memang diperlukan tindakan yang sigap dan tepat di dalam menangani wabah E coli yang datangnya seperti guntur di siang hari bolong ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H