Di masa lampau, warta yang disadur dari kantor berita asing, nyaris tak mungkin diuji kesahihannya, karena orang awam tak mungkin mengakses naskah asli bahasa Inggrisnya untuk diperbandingkan dengan saduran bahasa Indonesianya. Jadi di masa silam, entah si wartawan menyadur dengan akurat atau dengan serampangan, pembaca suratkabar hanya bisa “nrimo” saja. Berbeda halnya dengan era internet dewasa ini, berita luar negeri yang disadur ke dalam bahasa Indonesia, dengan mudah dapat dikomparasi (dibandingkan) dengan naskah aslinya, sehingga kesalahan menyadur bisa langsung ketahuan (belangnya).
Ada dua “kasus” penyaduran melenceng (misleading) yang kebetulan saya temukan pada dua media massa, satu di suratkabar cetak dan satu lainnya di suratkabar daring. Dengan menyimak dua contoh kekeliruan menyadur ini mungkin kita bisa memetik pelajaran bagaimana menginterpretasikan suatu berita sesuai dengan konteksnya. Beberapa hari yang lalu, di koran nasional saya membaca suatu feature tentang aktris Cameron Diaz yang diwawancarai Oprah Winfrey tentang usia 40 tahun yang sudah dimasukinya. Dan inilah kutipan yang merupakan sadurannya: [Buat saya sendiri, kita merasa gagal jika tidak memiliki 25 tahun lagi untuk sisa usia kita.].
Mari kita sekarang membandingkan dengan naskah aslinya sebagai berikut [For me I feel like if I – it’s almost as if we have failed if we don’t remain 25 for the rest of our lives.]. Jelas saduran di atas sudah melenceng dari konteksnya, karena sesungguhnya kalimat ini bermakna [Bagi saya, seolah-olah kita gagal kalau kita tidak mampu tetap berpenampilan usia 25 tahun sepanjang sisa hidup kita]. Jadi Cameron Diaz ingin menyitir kegalauan wanita yang memasuki usia 40 tahun namun ingin tetap berpenampilan seperti pada usia 25 tahun. Bahkan bilamana si penerjemah membaca kalimat yang mengikutinya, saya yakin dia tak akan melakukan blunder seperti di atas yaitu [Like we are failures. It’s a personal failures. Like our fault that at 40 years old that I still don’t look like I’m 25] yang kira-kira maknanya “Seakan ini kegagalan. Kegagalan diri. Seakan kesalahan kita bahwa di usia 40, saya tidak bisa tampil seperti di usia 25 tahun”.
Saduran yang praktis bertolak 180 derajat dengan konten aslinya saya temukan pagi ini di salah satu koran online tentang insiden bom mobil di kota Benghazi, Lybia. Inilah kutipan dari sadurannya [Ketidakstabilan di wilayah timur ini terjadi akibat pemerintah pusat Lybia tak mampu mengendalikan keberadaan kelompok-kelompok bersenjata, milisi dan kelompok separatis. Kelompok-kelompok ini merupakan mantan loyalis Qadafi yang menolak untuk melucuti senjata sehingga melakukan pemberontakan].
Dan coba sekarang kita cermati naskah aslinya sebagai berikut [Instability in the eastern city is part of the struggle a weak government faces in controlling armed groups, militias and brigades of former rebels who once battled Muammar Gaddafi and now refused to disarm.]. Jadi sudah sangat jelas dalam konteks ini bahwa kelompok bersenjata ini adalah “pemberontak yang dahulu memerangi Muammar Gaddafi dan sekarang menolak untuk meletakkan senjata”. So, mereka bukan “loyalis Qadafi yang menolak untuk melucuti senjata”.
Tak ada kata lain dan tak ada pilihan lain, wartawan penerjemah di media massa harus lebih mengasah dan meningkatkan kemampuan menyadur dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, karena risiko ketahuan “salah terjemahan” sangat besar di masa kini. Tak bisa lagi dia menyadur sambil santai-santai minum cappuccino dan makan kacang goreng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H