Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Infeksi Nosokomial : 'Tukar Tambah Penyakit' di Rumah Sakit

27 November 2010   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:15 2823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290840306112274249

[caption id="attachment_74862" align="aligncenter" width="441" caption="(ilust alternativelearninglane.com)"][/caption]

Kalau anda melakukan transaksi tukar tambah mobil di showroom hasilnya tentu membuat anda senang, karena datang dengan membawa mobil tua dan pulang dengan membawa mobil yang baru. Namun tidak demikian halnya kalau anda masuk ke rumah sakit, tentu anda tidak mengharapkan menukar bibit penyakit yang sedang anda idap dengan bibit penyakit lain yang ada di rumah sakit. Namun inilah kenyataan yang terjadi bila seseorang diopname, dia mungkin mengalami infeksi nosokomial yaitu infeksi penyakit (lain) yang didapat oleh seorang pasien selama dia dirawat di rumah sakit. Jadi mungkin saja seorang pasien dirawat karena sakit tifus dan setelah dipulangkan malah mengidap sakit hepatitis yang diperoleh sewaktu dia diopname di RS.

Menurut data kesehatan di AS, infeksi nosokomial di sana mencapai 10 persen dari pasien yang dirawat yang setara dengan dua juta kasus per tahunnya. Pasien yang dirawat di rumah sakit tentunya dalam kondisi yang lemah dan rawan terhadap serangan kuman penyakit. Demikian juga banyak diantaranya yang mengalami luka operasi dan tersambung dengan selang (tube) misalnya infus atau kateter (pada saluran kencing), sehingga menambah kerawanan sebagai jalan masuknya bakteri. Menurut penelitian persentase infeksi nosokomial ini, mulai dari yang terbanyak meliputi infeksi saluran kencing (34%), infeksi pada luka pembedahan (17%), infeksi melalui darah atau sepsis (14%), infeksi saluran pernafasan, khususnya pneumonia nosokomial (13%), infeksi melalui kulit terutama pada luka bakar, infeksi saluran pencernaan dan infeksi sistem syaraf.

Di rumah sakit saya bertugas, beberapa tahun yang lalu pernah terdapat kasus nosokomial setelah operasi usus buntu. Operasi yang dilakukan pada seorang gadis yang cantik ini berhasil dengan baik dan luka sayatan operasi sudah dijahit dengan baik. Namun entah dari mana datangnya infeksi ini, ternyata luka operasi ini tidak menyembuh malahan menjadi borok. Pemberian antibiotika broad spectrum tidak mempan mengatasi infeksi ini. Kuman yang gentayangan di RS ini bisa berupa bakteri, virus, jamur dan juga parasit. Untuk kuman jenis bakteri yang paling banyak dan paling ganas adalah jenis staphylococcus ( yang dikenal dengan nama MRSA/Methicillin Resistant Staphylococcus aureus), sedangkan untuk jamur adalah jenis Candida. Infeksi Candida ini terutama menyerang pada pasien yang menjalani pengobatan chemotherapy dan radiotherapy (untuk kanker), cuci darah (hemodyalisis), pemberian antibiotika dalam jangka lama, pemasangan kateter di saluran pembuluh darah.

Apakah infeksi nosokomial ini tidak bisa dicegah atau dihilangkan sama sekali? Untuk itu, yang terpenting adalah semua protokol sanitasi RS harus dipatuhi termasuk sterilisasi alat medis, pencucian tangan petugas kesehatan, pembasuhan alkohol (alcohol rub) dan juga pengawasan terhadap orang yang membesuk yang kemungkinan membawa penyakit. Ada juga istilah iatrogenic disease sebagai ’penyumbang’ tingkat keparahan penyakit pada pasien di rumah sakit. Iatrogenic disease ini dimaknai sebagai penyakit yang timbul sebagai akibat tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Meskipun kondisi ini tentu bukan dilakukan dengan sengaja oleh dokter, tentunya hal yang bisa mengancam nyawa pasien ini perlu diperhatikan. Termasuk di dalamnya adverse reaction (reaksi yang tidak diharapkan), misalnya pemberian obat yang justru menimbulkan alergi, pemberian beberapa jenis obat yang mengakibatkan reaksi yang saling bertentangan, medical error (kesalahan pengobatan) seperti pemberian obat yang overdosis, transfusi golongan darah yang tidak sesuai, pemasangan alat kesehatan yang tidak suci hama seperti infus, kateter sehingga terjadi infeksi. Dewasa ini kejadian iatrogenic dan nosochomial sudah banyak menurun karena ketatnya protokol di rumah sakit. Berbeda dengan kondisi pada abad ke 19 dimana pernah terjadi kasus kematian demam tinggi (puerperal fever) pada ibu-ibu yang baru melahirkan karena dokter yang tidak mencuci tangannya menangani dari pasien satu ke pasien yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun