Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

(Humor) Waduh, Menerjemahkan Kata 'Poor' dengan 'Miskin'

6 September 2013   13:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:16 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Anda yang sering mengikuti celotehan saya di Kompasiana pasti sudah ‘titen’ (bahasa Jawa: mengenal ciri) saya sebagai tukang kritik bahasa Inggris yang tak ada habis-habisnya. Gelar ini saya terima dengan legawa, karena memang itulah diri saya yang tak bisa berpangku tangan berdiam diri apabila melihat keanehan kita menyadur istilah Inggris atau menerapkan/memakai istilah Inggris yang keluar dari rel. Harapan saya cuma satu, yaitu kita dapat semakin cerdas memaknai wacana berbahasa Inggris.

Sorotan saya pada kesempatan ini tertuju pada kata ‘poor’ yang nampaknya sangat simpel, karena semua orang tahu maknanya adalah ‘miskin’. Namun benarkah setiap kalimat yang mengandung kata ‘poor’ selalu bermakna ‘miskin’? Dari bahasan singkat di bawah ini, mudah-mudahan kita bisa terbuka wawasannya, bahwa kata ‘poor’ bisa bermakna lain selain ‘miskin’ sesuai dengan konteksnya.

Menurut kamus Collins, kata ‘poor’ selain ‘miskin’, juga bisa bermakna ‘buruk kadar atau kualitasnya’ (lacking in quality, inferior), dan juga ‘menimbulkan rasa iba atau malang’. Ada istilah ‘poor decision, poor vision, poor nutrition, poor circulation’ yang bermakna ‘keputusan yang buruk, pengeliatan mata yang buruk, nutrisi yang buruk, peredaran darah yang buruk’. Kalau kita mau mengatakan ‘bahasa Inggris saya tidak bagus’, kita bisa mengatakannya dengan ‘My English is poor’. Kata ‘poor’ juga bisa bermakna ‘malang’, misalnya pada kalimat ‘The poor boy lost his mother when he was five’ (Anak yang malang itu kehilangan ibunya waktu dia berumur lima tahun). So, ‘poor boy’ di sini bukan bermakna ‘anak yang miskin’.

Kegelian saya tercetus waktu membaca berita tentang penembakan penulis wanita buku ‘Escape from Taliban’ di suratkabar Kompas hari ini. Wanita asal India ini pindah ke Afganistan, setelah bertemu dan menikah dengan pengusaha asal Afganistan di Kalkuta. Setelah Taliban berkuasa, kesulitan demi kesulitan dialaminya di sana. Dan inilah sebaris kalimat yang saya kutip dari berita online BBC: She wrote that "life was tolerable until the Taliban crackdown in 1993" when the militants ordered her to close a dispensary she was running from her house and "branded me a woman of poor morals".

Coba kita lihat bagaimana Koran Kompas menerjemahkan paragraf ini. Inilah kutipannya: Hidup itu ditoleransi sampai tindakan keras Taliban pada 1993. Waktu itu, militan Taliban memerintahkan Banerjee menutup sebuah apotek. Lantaran menolak perintah, dia dinilai Taliban sebagai wanita miskin yang tidak bermoral.” Perkara inilah yang membuat saya tak dapat menahan tawa. Bagaimana mungkin ‘a woman of poor morals’ kok disadur menjadi ‘wanita miskin yang tidak bermoral’. Sekali lagi saya ingin tandaskan bahwa tak ada konteks ‘miskin’ dalam cerita di atas, karena ‘poor’ di sini bermakna ‘buruk’. Jadi, ‘poor morals’ adalah ‘akhlak yang buruk’. Lain tidak.

Sebenarnya, saya juga ingin mengkritisi beberapa terjemahan lain yang terasa kurang pas dan kurang kontekstual. Anda cermati frasa ‘life was tolerable’ yang disadur menjadi ‘hidup itu ditoleransi’. Menurut hemat saya, lebih cantik seandainya frasa di atas disadur menjadi ‘hidup penuh dengan toleransi’. Ada juga frasa lain yang ditulis di berita BBC tentang bukunya yang difilmkan oleh Bollywood sebagai berikut: the film described itself as a "story of a woman who dares [the] Taliban". Lalu sekarang kita layangkan pandangan pada saduran di Kompas yaitu: ‘Film itu mendeskripsikan Banerjee sebagai sosok perempuan yang hidup di lingkungan Taliban.’ Secara kontekstual sangat berbeda kedua kalimat ini. Berita BBC menyiratkan ‘film ini melukiskan kisah seorang wanita yang berani menantang Taliban’, sedangkan saduran di Kompas memberi kesan seakan-akan Bajernee ini hidup dan tinggal di tengah markas Taliban.

Ya, apa boleh buat kali ini saya terpaksa berkomentar dengan poor translation (terjemahan buruk) dan poor Kompas (Kompas yang malang), hahaha…!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun