Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

(Humor) Antara Punaise, Pinus, dan Penis

11 Januari 2014   12:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:56 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389418221296915726

[caption id="attachment_305402" align="aligncenter" width="592" caption="(ilust gd-wholesale.com)"][/caption]

Mudah-mudahan admin tidak terloncat matanya melihat ada kata “penis” pada judul ini dan langsung menjatuhkan pedang sensor dengan memutilasi judul ini. Pasalnya, saya justru ingin memaparkan sesuatu yang maha serius tentang pelafalan yang salah namun kaprah di antara kita yang berpotensi menjadi ucapan saru. Ini semua bermuara pada ketidaktahuan sebagian besar dari kita bahwa pelafalan (pronunciation) dari “penis” dalam bahasa Inggris adalah [pi:nis]. Serangkaian kata-kata yang sudah lumrah dalam wacana kita berpotensi menjadi tidak sopan (immodest) bilamana dibincangkan memakai bahasa Inggris.

Tentu Anda sudah pernah melihat benda kecil yang terpampang pada gambar di atas dan awam menyebutnya dengan “pinès”. Pada KBBI kata ini diberi definisi “paku kecil yang berbentuk jamur dipakai untuk menempelkan kertas dsb.” Sesungguhnya kata ini adalah serapan dari bahasa Belanda “punaise” dengan lafal “pinès” tadi. Kerunyaman akan timbul apabila seorang gadis berkata kepada seorang pria bule “I need a pinès.” Jangan heran kalau si bule akan ternganga terperanjat mendengar kalimat itu diucapkan oleh gadis baik-baik. Ya, karena dalam bahasa Inggris punaise ini ada istilah tersendiri, yaitu thumbtack, pushpin, atau drawing pin. Istilah “pinès” ini memang sudah sedikit jarang dipakai dan diganti dengan kata “paku payung”.

Istilah “pinus” yang merujuk kepada “pohon cemara” juga berpotensi menyebabkan kuping jadi merah (embarrassment) baik pada si pengucap maupun si pendengarnya. Saya pernah mendapat penuturan dari seorang wanita muda yang mencoba menjelaskan tentang tanaman pinus kepada seorang bule. Karena mengira “pinus” adalah kata Inggris dengan polosnya dia bertanya “Have you seen a pinus?” dengan artikulasi “pinus” yang menyerupai bunyi [pi:nis]. Bukan alang kagetnya si bule mengira ditanya apakah dia pernah melihat penis. Baru setelah saling bertukar penjelasan memakai bahasa tarzan, terungkaplah bahwa dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut pine (baca: pa:in). Akhirnya keduanya bisa tertawa tersipu-sipu menyadari kekonyolan bahasa ini.

Istilah berikutnya adalah kata Inggris yang sudah familiar di negeri kita yaitu “finish”. Bilamana ada acara lomba lari/jalan santai pasti orang mendapat informasi di mana start dan finish dari kegiatan ini. Yang repot, lidah orang Indonesia seringkali mengganti lafal “f” ini dengan “p”, sehingga kata finish ini berubah menjadi “pinis”. Bisa dibayangkan kalau ada orang asing yang mendengar kita mengatakan “Pinisnya di mana?”. Dengan nada bercanda, mungkin dia akan menjawab: “Masih tetap ada di dalam celana”. Dan gantian kita yang bingung dengan jawaban yang tidak nyambung ini. Semuanya memang gara-gara kita tak mengetahui bahwa kata “penis” dilafalkan dengan [pi:nis].

Pelafalan Indonesia “penis” meniru sama dengan lafal dari bahasa Belanda dengan suara “e” dibunyikan “è”, seperti pada kata “pena”. Ada satu kata Inggris yang juga menyerempet-nyerempet kata ini yaitu “vanish” (maknanya: gaib, menghilang). Jangan sampai lidah kita menggantikan “v” ini dengan “p”, karena bisa menimbulkan kegegeran. Misalnya Anda mau mengatakan “all vanish” (semuanya hilang), tapi diartikulasikan menjadi “all panish” maka yang masuk ke telinga adalah “all penis”. Jangan-jangan kita nanti dapat cap dari orang asing sebagai bangsa yang suka “ngomong jorok”, hahaha....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun