Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

"Dress Code" Presiden Jokowi

10 Februari 2015   19:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29 2826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14235668201531812972

Presiden Jokowi saat berfoto bersama Sultan Hasanal Bolkiah di Brunei. (Kompas.com/The Brunei Times)

Barangkali pada saat tulisan ini diturunkan, sebagian besar dari Anda sudah melihat foto presiden Jokowi dalam balutan jas resmi berpose dengan Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah yang juga mengenakan jas resmi. Nampak jas Jokowi ini tersingkap, sehingga ujung bawah dasi yang dikenakannya kelihatan tersembul. Ini dikarenakan kancing bagian bawah tidak dalam posisi terkancing. Maka ramailah media sosial mempersoalkan busana Jokowi yang “kelupaan dikancing” itu. Namun sebagaimana debat kusir yang selama ini terjadi di media sosial berkaitan dengan Jokowi, setiap komen si haters selalu di-counter balik oleh si lover. Si lover mengatakan bahwa membuka kancing bawah pada jas justru merupakan etika berbusana jas yang lazim.

Saya tidak berniat untuk ikut meramaikan polemik kode etik berbusana (dress code), karena terus terang pengetahuan saya tentang hal itu sangat minim. Saya hanya berniat menulis hal-hal yang ringan saja berkaitan dengan dress code ini. Sesungguhnya kalau kita mau jujur, banyak hal yang tak dikuasai berkenaan dengan pakaian resmi ini. Contoh yang kecil saja, berapa banyak di antara kita (khususnya para pria) yang mampu memasang dasi dengan cara yang benar? Saya teringat kejadian beberapa tahun silam, waktu kami perwira TNI-AD dengan seragam PDU (Pakaian Dinas Upacara) mengadakan upacara bendera di Kodam. Seusai melaksanakan upacara, di luar dugaan Panglima Kodam (Mayjen Yunus Yosfiah) memerintahkan semua perwira untuk berkumpul di lapangan. Beliau menyatakan kekecewaan melihat penampilan para perwira mengenakan dasi. Banyak yang mengenakan dasi asal-asalan, sehingga nampak tidak rapi, padahal kerapian merupakan citra kewibawaan seorang perwira. Setelah dicek langsung oleh beliau, ternyata cukup banyak yang tak mampu untuk membuat simpul dasi ini. Kami semua di-straf (dihukum) belajar membuat simpul dasi yang benar di lapangan.

Waktu melihat foto dasi presiden Jokowi yang “ngintip” dari bagian bawah tutupan jasnya, ada yang berkomentar bahwa dasi itu nampaknya kepanjangan. Menurut referensi yang saya baca di Google, panjang dasi ini secara standar sebatas ikat pinggang. Memang ada juga yang mengikat dasi ini, sehingga panjangnya melewati batas ikat pinggang dan masih ditolerir. Yang barangkali tidak proper (layak) menurut tatacara berbusana adalah mengenakan dasi yang kependekan, sehingga penampilannya seperti dasi para badut.

Di komunitas militer (termasuk juga TNI), setiap ada undangan para perwira selalu disebutkan dress code-nya. Bila ini undangan acara non-formil, maka disebutkan dengan “Pakaian: Bebas Rapi”. Saya sering berpikir-pikir apakah istilah “bebas rapi” ini khas istilah orang Indonesia. Ternyata tidak juga, karena dalam bahasa Inggris juga ada istilahnya yaitu: casual modesty. Ini kebetulan saya temukan pada saat membaca novel karangan John Green yang berjudul “Looking For Alaska”. Untuk para ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi persatuan istri prajurit, juga ada pencantuman dress code pada surat undangan. Saya ingat dulu ada istilah “Pakaian: PSK”, di mana PSK adalah singkatan dari “Pakaian Seragam Kerja”. Tetapi istilah ini sekarang sudah diganti dengan “BSK” (Busana Seragam Kerja) karena PSK mengonotasikan “Pekerja Seks Komersial”.

Bicara soal dress code (konvensional Barat) sebetulnya ada istilah “tailcoat/white tie, tuxedo/black tie, dark suit, jacket, dan casual. Yang saya sebutkan di atas berurutan mulai dari yang paling resmi sampai ke yang paling tak resmi. Yang perlu diingat kalau pada undangan tertera dress code: jacket, jangan sampai Anda mengira pakaian yang dipakai diharuskan memakai jaket, karena pengertian jacket dalam bahasa Inggris adalah “baju jas”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun