[caption id="attachment_337504" align="aligncenter" width="638" caption="(ilust kompas epaper)"][/caption]
Melihat sosok seorang dokter, orang pasti berasumsi bahwa dia adalah orang yang pandai dan intelek. Betapa tidak, untuk menjadi seorang dokter, dia harus mampu menghafalkan puluhan ribu istilah (terminologi) bahasa Latin, Yunani dan Inggris. Oleh karenanya, sedikit mengherankan (dan juga mengecewakan) kalau seorang dokter bisa melakukan kesalahan bahasa Inggris, entah itu dalam pengejaan (spelling), pelafalan (pronunciation), atau sintaks (syntax).
Kebetulan, pada hari ini, saya bisa memberikan contoh “jebloknya” bahasa Inggris yang notabene dilakukan oleh seorang dokter via artikel yang ditulis pada suratkabar Kompas Minggu 10 Agustus 2010. Artikel berkala “Apa Kata Dokter” (digawangi Ikatan Dokter Anak Indonesia) bertajuk “Breastfeeding Sick Babies (Bagian II)” ini mengupas persoalan memberikan ASI pada bayi yang sakit. Saya kutip kalimat (sic) yang tertulis di situ: [Non nutritious sucking adalah salah satu alasan mengapa pucifier (empeng) sering kali masih ditemui di dalam perawatan NICU.] Pengejaan “pucifier” inilah yang ingin saya persoalkan. Bukalah kamus Inggris, maka kita akan temukan bahwa pengejaan yang benar adalah “pacifier”. Saya pikir, insan non-dokter pun tidak akan salah mengeja “pacifier” ini, lha kok malah dokter “bisa-bisanya” keliru mengejanya. Memang masih ada kemungkinan bahwa ini kesalahan redaksional dari koran yang bersangkutan, namun saya punya “feeling” kayaknya misspelling ini dibuat oleh dokter pembuat artikel ini. Perhatikan pada gambar kliping di atas, bahwa pengejaan salah “pucifier” ini tertulis sebanyak dua kali.
[caption id="attachment_337505" align="aligncenter" width="594" caption="(ilust kompas epaper)"]
Kemarin, pada edisi Kompas Sabtu, 8 Agustus 2014, di halaman 1 (headline), bertajuk “Indonesia Siaga Ebola” saya juga menemukan kesalahan bahasa Inggris dari narasumber seorang dokter. Tak kurang dari Wakil Menteri Kesehatan, dokter Ali Ghufron Mukti, yang dikutip mengatakan [ ... Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dengan level keamanan biologi tiga (biology safety level 3) telah siap dipakai untuk memeriksa jika ada pasien terduga ebola di Tanah Air]. Dengan sedikit merujuk di internet, kita akan tahu bahwa terminologi yang benar adalah “biosafety level 3”, bukan “biology safety level 3”. Sekali lagi, mungkin dokter yang bersangkutan akan berkilah sang wartawan sudah misquote (salah kutip), namun saya lebih condong berpikiran bahwa dokter itu sendiri yang keliru ucap.
Pada jurnal kedokteran yang biasanya memuat abstract (ringkasan) dalam bahasa Inggris, saya juga sering menemukan penulisan istilah Inggris yang salah. Pernah saya jumpai seorang kolega dokter yang seharusnya menyebutkan “patient safety” malahan menjadi “safety patient” (dalam konteks “keselamatan pasien di rumah sakit”). Saya sebetulnya tak berniat untuk mengolok-olok sesama rekan dokter, namun hanya sekadar mengingatkan bahwa di luar sana, profesi dokter sekarang mendapat sorotan yang kritis. Dengan adanya internet, orang awan sekarang mampu memperoleh informasi medis yang lengkap, sehingga dokter pun harus terus meningkatkan pengetahuannya. Bukan saja dalam ranah (domain) medis, namun juga dalam berbahasa Inggris. Apa kata dunia, kalau dokter bahasa Inggrisnya “jeblok”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H