[caption id="attachment_332723" align="aligncenter" width="640" caption="(dok pribadi)"][/caption]
Wisata saya ke beberapa negara Eropa dimulai dari kota Milan (dalam bahasa Italia: Milano). Setelah pesawat Etihad mendarat dengan mulus di bandara Milan, kita mengantri di gate imigrasi untuk diperiksa paspor dan visa. Antrian cukup panjang meskipun sudah dibuka beberapa gate bagi pelancong. Iseng-iseng, sambil menunggu dalam barisan, saya membaca papan petunjuk yang terpasang di langit-langit: TUTTI I PASSAPORTI yang diberi terjemahan bahasa Inggris ALL PASSPORTS. Oh, baru tahu saya, bahwa “tutti” itu berarti “semua”. Selama ini, kalau mendengar istilah “tutti frutti”, saya membayangkan es krim berbentuk prisma yang lezat dan dijual di “Zangrandi” di kota Surabaya. Jadi, tutti frutti tentunya bermakna “semua buah-buahan”, atau lebih tepatnya “aneka macam buah” yang diramu dalam es krim.
Saya jadi terpikir, alangkah seringnya kita menyebutkan suatu istilah tanpa sungguh-sungguh memahami arti dari kata itu. Waktu saya masih anak-anak, dan diajak ayah ke depot es krim “Zangrandi”, saya berpikir mungkin pemilik ice cream parlor ini namanya Tutti, dan es krim ini adalah resep favoritnya. Setelah menjejakkan kaki di daratan Italia, baru saya “ngeh”, bahwa kata “tutti” ini ada di mana-mana. Ada tulisan “tutti bambina” (artinya “all children”), ada “tutti i santi giorni” (artinya “every blessed day”, “tutto per tutti” (artinya “semua untuk semua”), “tutti dolci” (artinya “all sweet” atau “makanan yang manis-manis”). Sekadar catatan, foto di imigrasi bandara ini sesungguhnya dilarang, jadi gambar ini menjadi ‘bernilai’ karena berhasil diambil dengan mencuri-curi.
[caption id="attachment_332724" align="aligncenter" width="626" caption="(dok pribadi)"]
Dari Milan saya melanjurkan perjalanan dengan bus ke kota Siena. Saya sampai di hotel di Siena sudah larut malam. Kamar saya ada di lantai 3 dan bersama istri saya menuju ke lift. Di dekat lift, terbaca papan petunjuk “LANCIA ANTINCENDIO”. Di tengah mata yang setengah mengantuk, saya terpikir bahwa lift ini dikhususkan bagi saya yang sudah lansia. Jadi karena unik, petunjuk ini saya potret. Keesokan harinya, waktu saya cek di kamus ternyata “lancia antincendio” bermakna “selang pemadam kebakaran” atau bahasa Inggrisnya “fire hose”. Dasar saya ge-er, masak orang Italia mencontoh istilah “lansia” dalam bahasa kita.
[caption id="attachment_332725" align="aligncenter" width="390" caption="(dok pribadi)"]
Pagi hari, setelah santap pagi, kami rombongan tur duduk-duduk sejenak di lobi. Di salah satu dinding lobi terpampang tulisan yang spontan mengingatkan saya pada kotanya Jokowi yaitu Sala atau Solo. Bagaimana tidak? Di situ terbaca tulisan: Sala “Dakota”, Sala “Tornado”, Sala “Mustang”. Saya pikir masih kurang satu lagi yaitu Sala “Berseri” sebagai semboyan kota Solo. Tapi tak mungkin ya, orang Italia kenal kota Sala. Setelah saya cek di kamus, ternyata “sala” dalam bahasa Italia bermakna “hall” alias “aula”. “Sala” ini dalam terminologi rumah sakit juga sering kita sebut dengan “sal” atau “bangsal” (dari kata Belanda “zaal”). Sekadar untuk pengetahuan Anda saja, petunjuk umum (public notice) di Italia dan Perancis pada umumnya ditulis dengan bahasa setempat dan tidak diberi padanan bahasa Inggrisnya. Bahkan petugas hotel pun banyak yang tidak mengerti kalau kita tanyai dalam bahasa Inggris. Agak mengherankan juga mereka tidak dilatih berbahasa Inggris, mengingat hotel di Italia dan Perancis sepanjang tahun dibanjiri turis dari seluruh dunia. Saya pun terpaksa belajar bahasa Italia dan Perancis, tapi cuma berhasil dua kata saja, yaitu grazie (Italia) dan merci (Perancis) untuk “terima kasih” dan uno (Italia) dan un (Perancis) untuk kata “satu”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H