Di samping (maaf) “tahi” dengan permaknaan “tinja” atau “feses”, dalam bahasa kita ada bermacam-macam istilah yang menggunakan kata “tahi”, misalnya tahi mata, tahi hidung, tahi kuping, tahi pusar, tahi gigi, tahi lalat, tahi besi, tahi kucing, tahi kuda, tahi burung dan sebagainya. Kedengaran agak kasar kalau kita mengucapkan kata “tahi” ini, sepadanan dengan mengucapkan “shit” dalam bahasa Inggris yang masuk kategori kata profane (tidak sopan alias vulgar). Ternyata, setelah saya tilik-tilik, istilah yang saya sebutkan di atas, mempunyai padanan yang lebih sopan dalam bahasa Inggris. Setidaknya, dia tak menggunakan kata shit untuk mengungkapkannya.
Misalnya, “tahi mata” disebutnya dengan “rheum” atau “gound”. Kalau tahi mata ini sudah mengering, maka disebut dengan “sleep”, karena memang dia adanya setelah kita bangun dari tidur. “Tahi hidung” dalam bahasa Inggris disebut dengan “nose-pick”, karena itu pekerjaan mengupil dinamakan dengan “nose-picking”. “Tahi kuping” lebih antik lagi, dalam bahasa Inggris dinamakan dengan “earwax” (padahal kita tahu wax adalah sejenis malam/bahan lilin yang lunak).“Tahi pusar” dinamakan dengan “navel fluff” atau “belly button lint”, sedangkan “tahi gigi” (setidaknya inilah yang sering disebutkan oleh pasien di Palembang), dalam bahasa Inggris dinamakan dengan “dental plague”. Memang untuk generasi muda kini lebih umum dinamakan dengan “plak” menyerap dari kata “plague” tadi. Tapi perlu dicamkan cara penulisannya yaitu “plague”, bukan “plaque”, karena plaque adalah penyakit sampar/penyakit pes yang mematikan.
Kita mengenal pula istilah metaforis seperti “tahi lalat” yang dalam bahasa Inggris dinamakan dengan “mole”. Konon mole alias tahi lalat di wajah kita menggambarkan karakter si empunya wajah, misalnya kalau di dekat mata berarti “suka menangis”, kalau di dekat bibir berarti “cerewet” dan sebagainya. Lalu kita mengenal juga istilah “tahi besi” atau “karat” yang dalam bahasa Inggris disebut dengan “rust”. Lantas bagaimana dengan penyebutan “tahi” pada binatang? Untuk “tahi anjing” biasa mereka menyebutnya dengan “poop” atau “dog’s poop”. Untuk binatang yang lebih besar dan yang memamah biak, seperti sapi, kuda, dsb dipakai istilah “dung” seperti cow dung, horse dung, sedangkan untuk binatang liar dipakai istilah “scat” seperti tiger scat. Untuk jenis unggas (burung-burungan) dipakai istilah “droppings” misalnya bird’s droppings. Harap diingat droppings di sini sama sekali tak ada kaitan dengan istilah “dropping” dalam bahasa Indonesia yang maknanya “alokasi atau jatah”. Pada binatang serangga pemakan daun-daunan (herbivores), tahinya dinamakan dengan “frass”, sedangkan tahi dari cacing dinamakan dengan “casting”.
Saya cukupkan sampai di sini dulu perbincangan soal “tahi” sebelum Anda memprotes saya sudah memilih topik tulisan yang gross alias jorok. Oh ya, sebelum menutup tulisan ini ada satu lagi istilah untuk sampel tinja yang dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dan medis, dia disebut dengan “stool”. Meskipun stool juga berarti “kursi”, ada baiknya Anda juga memahami bahwa bila kata ini diucapkan oleh tenaga medis, kemungkinan besar dia merujuk kepada (maaf) tinja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H