[caption id="attachment_126556" align="aligncenter" width="655" caption="(ilust holyvitus.com)"][/caption]
Mungkin sebagian dari Anda belum begitu familiar dengan nama kota Toronto, meskipun sesungguhnya dia adalah kota yang terbesar di Kanada dengan jumlah penduduk sekitar dua setengah juta jiwa. Yang sangat menarik bahwa dari populasi kota ini 49,9 persen adalah pendatang, sehingga di mana pun berada, kita akan melihat begitu banyak ‘suku bangsa’ di kota ini. Menurut catatan sensus penduduk tahun 2006, etnis kulit putih meliputi 52,6 persen, Asia Selatan (terutama India) 12 persen, China 11,4 persen, kulit hitam 8,4 persen, Filipina 4,1 persen dan Amerika Latin 2,6 persen. Jadi tidak mengherankan di kota Toronto ini ada permukiman dengan nama Chinatown, Corso Italia, Koreatown, Little India, Little Italy, Little Jamaica, Little Portugal.
Perjalanan saya dari Jakarta hingga akhirnya tiba di Toronto (termasuk transit) memakan waktu 23 jam. Setelah transit di Hongkong selama kurang lebih tiga jam, perjalanan udara Hongkong-Toronto nonstop memakan waktu tak kurang dari 15 jam. Dapat Anda bayangkan betapa suntuknya saya terbelenggu di dalam pesawat Cathay Pacific selama dan sepanjang itu. Saya tiba di bandara Pearson Toronto pukul 8 malam waktu setempat tetapi hari masih terang benderang seperti pukul 4 sore di tanah air. Saya segera mencari trolley untuk kopor bagasi dan saya temukan sederetan panjang trolley di situ. Namun setelah saya coba tarik-tarik, trolley ini tak juga mau lepas dari himpunannya. Waduh, ternyata trolley ini coin operated alias berbayar. Kita harus memasukkan koin 2 dollar Kanada untuk melepas kunci trolley ini. Padahal saya sama sekali tidak mempersiapkan koin dari tanah air, sehingga terpaksa harus menukar di konter valas dengan kurs yang sangat rendah. Saya baru menyadari alangkah ‘berbahagianya’ kita di tanah air mau mengambil trolley selalu gratis dan sangat mudah. Pengalaman dengan trolley ini nanti terus berlanjut setelah saya beberapa hari melewatkan waktu di kota Toronto ini.
Hal yang cukup unik di mata saya ini adalah tulisan yang tertera pada pegangan trolley ini yang berbunyi bahwa bilamana kita mengembalikan trolley ini setelah selesai menggunakannya, maka kita akan menerima kembali koin 25 sen (rebate). Ini tentunya bertujuan agar supaya pengguna trolley tidak meninggalkan kereta dorong sembarangan di mana-mana dan mengembalikan di tempat yang sudah dipersiapkan. Banyak juga dari penumpang pesawat yang ‘malas’ repot-repot mengembalikan trolley ini dan merelakan ‘kehilangan’ 25 sen. Jadi saya mendapat cerita dari kerabat yang menjemput saya, ada saja orang yang berburu recehan ini dengan mengembalikan trolley-trolley ini dan dalam beberapa jam saja lumayan dia bisa mengumpulkan uang jajan. Kalau di Indonesia saya yakin ‘pekerjaan’ ini saya pasti akan diserbu dan dicari orang.
Saya tiba di kota Toronto sehari menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI dan pada kesempatan yang langka ini saya pun tidak lewatkan untuk mengikuti upacara pengibaran sang Merah Putih di kediaman Konsulat Jenderal RI yang diadakan pada 17 Agustus pukul 10 pagi. Hadir kurang lebih seratus warga Indonesia yang bermukim di Toronto pada upacara ini meski pun pada hari itu bukan merupakan hari libur. Upacara bendera berlangsung dengan amat khidmat dan diselenggarakan meniru upacara kenegaraan Detik-detik Proklamasi di Istana Negara. Ada paskibrakanya, ada pembaca teks proklamasi, ada komandan upacara dan sebagian dari ibu-ibu mengenakan busana nasional. Namun karena gladi upacara sangat terbatas waktunya saya menemukan sedikit kekeliruan yang unik selama berlangsungnya upacara bendera ini. Kekeliruan yang jelas tidak disengaja ini adalah pada saat komandan upacara akan memberi aba-aba istirahat di tempat kepada peserta upacara. Kata-kata yang diucapkan adalah : ‘Kepada peserta upacara, istirahat di tempat, gerak!’. Awalan aba-aba ‘kepada’ ini biasanya hanya dipakai untuk inspektur upacara yaitu : ‘Kepada Inspektur Upacara, hormat gerak!’. Jadi kata-kata ‘kepada peserta upacara’ membuat saya jadi tersenyum di kulum. Selesai pelaksanaan upacara yang cukup mengharukan (terutama pada saat memandang berkibarnya sang merah putih dan mendengarkan lagu Indonesia Raya), kami bersilahturahim dengan penuh keakraban. Sungguh suatu pengalaman yang mungkin tidak akan terulang lagi.
Anda yang berkunjung ke kota Toronto belumlah lengkap apabila tidak mengunjungi tempat wisata yang paling terkenal di dunia yaitu Air Terjun Niagara (Niagara Falls). Air Terjun Niagara ini terletak pada perbatasan negara Amerika Serikat dan Kanada. Untuk mencapai Niagara ini dibutuhkan waktu kira-kira satu setengah jam perjalanan darat. Namun air terjun Niagara ini jauh lebih bagus dipandang dari sisi negara Kanada karena kita bisa melihat secara frontal jatuhnya air terjun yang begitu dahsyat ini. Dari sisi Amerika Serikat, penontonnya hanya bisa melihat dari arah ‘buntut’ atau belakangnya saja. Oleh karena itu banyak wisatawan AS yang menyeberang perbatasan masuk ke Kanada untuk menikmati indahnya air terjun yang selalu menciptakan gambaran pelangi (rainbow) ini.
[caption id="attachment_126559" align="aligncenter" width="360" caption="trolley berbayar (ilust highbright.com)"][/caption]
Saya ingin bercerita sedikit lagi tentang trolley. Kemarin malam kami pergi berbelanja ke supermarket ‘T & T’ yang menjual segala macam makanan, bumbu, sayur dan buah-buahan Asia. Pada saat akan memasuki grocery ini, lagi-lagi kita harus memasukkan koin 1 dollar untuk membuka ikatan rantai pada trolley ini. Aduh pikir saya, ambil trolley di supermarket pun harus bayar juga. Padahal di tanah air kita bebas sekali gratis-tis mengambil trolley ini. Tapi ternyata pada pegangan dorongan trolley ini tertera tulisan bahwa bilamana kita mengembalikan trolley ini pada tempat yang ditentukan akan mendapat refund (pengembalian uang) penuh 1 dollar. Jadi sebenarnya gratis juga pemakaian trolley ini, dan pengutipan biaya 1 dollar ini tak lain bertujuan untuk merangsang pelanggan swalayan ini untuk mengembalikannya secara tertib trolley ini. Di pasar swalayan ini banyak juga orang yang mencari tambahan recehan dengan mengembalikan trolley-trolley yang ditinggalkan pebelanja di pelataran parkir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H