Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

(Bukan) Resensi Buku: Uganda, Be Kidding Me

18 April 2014   19:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_320455" align="aligncenter" width="495" caption="(ilust dari Uganda Be Kidding Me)"][/caption]

Ekspektasi apa yang tercetus dalam benak kita saat awal membaca sebuah buku fiksi ataupun nonfiksi? Kalau penulisnya sudah kita kenal, kita berharap bukunya lebih hebat dari karya sebelumnya. Kalau penulisnya seorang wanita, kita berharap dia menulis sesuai dengan kodratnya sebagai kaum hawa. Jadi, sebagai pembaca kita sudah melakukan stereotyping (memberi cap pada pribadi penulis) dan karena alasan ini kita bisa mencampakkan dan memaki-maki fiksi atau nonfiksi sebagai sampah karena tak sejalan dengan stereotyping yang ada di benak.

Ini yang nyaris terjadi pada saya pada waktu membaca nonfiksi “Uganda, Be Kidding Me” tulisan pengarang wanita Chelsea Handler. Buku yang masuk dalam jajaran bestseller books ini berisi tentang catatan perjalanan (travelogue) penulis menjelajah sejumlah tempat di pelbagai penjuru dunia. Tapi harap dicatat bahwa ini bukan nukilan musafir biasa, justru sebaliknya ini narasi paling edan yang pernah saya baca. Dan yang edan dan crazy itu tak lain adalah si penulisnya, Chelsea.

Bayangkan saja dari awal, Chelsea sudah bertutur dia bersafari ke Afrika dengan sahabat lesbiannya, Shelly beserta empat cewek lainnya dengan entengnya. Tak ada sedikit pun pencitraan alias jaim (jaga image) sebagai perempuan baik-baik di seluruh halaman bukunya. Dan yang tak saya pungkiri dia memang lucu meskipun suka ngomong porno dan jorok. Di awal safarinya ke Afrika Selatan, dia bercerita tentang binatang baboon (sejenis monyet besar) yang kerjanya seharian memperkosa satu sama lainnya (raping each other). Pada hari kedua, mereka melihat baboon saling memperkosa di luar villa tempat menginap, dan sekedar iseng, Chelsea dan gangnya melempari baboon itu dengan celana dalam dan bra dengan harapan monyet ini memakainya (We then threw our underwear and bras onto the deck in the hopes of the baboons putting on a Victoria’s Secret fashion show for all of us). Alih-alih dipakai, CD dan bra ini dikoyak-koyak dengan gigi tajamnya menjadi serpihan kecil. Akhirnya Chelsea cuma tertinggal cadangan satu stel pakaian dalam safari tujuh hari ini.

Yang menarik dari buku ini, saya menjumpai banyak foto berwarna yang melengkapi narasi gila-gilaannya. Ada foto si Chelsea yang melorotkan celananya sambil duduk di pinggiran jip safari untuk pipis. Dia menulis, meninggalkan jejak urine rupanya bertuah karena tak berapa lama ada empat ekor singa yang menghampiri sambil tertelentang (The next thing we found were four male lions spread-eagle sunbathing). Dia bercerita tentang pemandu (guide) berkulit putih dan berambut pirang yang bernama Rex. Pertanyaan pertama rombongan cewek-cewek badung ini kepada Rex adalah “apakah aman memakai baju merah dan apakah kalau sedang mens (has her period) boleh jalan-jalan di antara binatang buas ini”. Sejak awal, Chelsea bertutur dia sudah “ngebet” untuk mengajak tidur Rex yang lumayan ganteng ini. Di suatu kesempatan makan malam, dia terang-terangan mengajak Rex untuk tidur bareng, tapi di luar dugaan ajakannya itu ditolak Rex.

Keesokan harinya, di antara rumpian teman-teman wanitanya, dia mendapat info mengapa Rex menolak ajakan untuk tidur bareng, yaitu karena Rex sudah punya pacar (That he has a girlfriend and that he doesn’t cheat in her). Seorang temannya, Molly, berkata, inilah ironi dari pribadi Chelsea yang paling benci pada pria yang berselingkuh, namun dirinya sendiri menggoda Rex untuk berselingkuh (“Do you see the irony here, Chels?”, Molly pointed out. “The very thing you disdain most in a man is disloyalty, and then someone rejects you out of honor and loyalty, and you’re upset?)

Ada cerita lain tentang ngobrol-ngobrol dia di kawasan wisata lain tentang kaviar (telur ikan sturgeon) yang terancam punah karena habis diburu orang. Dasar Chelsea memang edan, dia malah mengusulkan mengapa tidak diadakan dokter ginekolog kelautan (marine gynecologist) untuk mengambil telur itu dari rahim si ikan supaya tak perlu dibunuh (marine gynecologist going in and harvesting sturgeon eggs, so that the fish wouldn’t have to lose their lives so violently). Selanjutnya dia mengatakan “Pasti ikan-ikan itu tak akan akan keberatan mengangkang di kursi ginekolog ketimbang dibantai untuk mengambil produksi indung telurnya (What fish wouldn’t be willing to get up into stirrups as an alternative to being killed for its ovarian production?).

Yang lebih edan lagi cerita waktu Chelsea berwisata dengan sahabat suami istri yang mempunyai anak laki berumur 14 tahun bernama Shameron. Pasangan suami istri ini terus terang mengatakan lebih baik kalau Chelsea memerawani anaknya di tempat liburan ini (Shmirving tried to convince me all weekend that it would be easier on the whole family if I would just de-virginize Shameron over the vacation.). Chelsea menolak bukan karena alasan si remaja ini masih di bawah umur (minor), tapi karena Shameron memakai kawat gigi (behel) dan ini akan membuat “dompet”nya keriting seperti bibir sumbing (“First of all, he is a minor, but that’s not my main issue,” I revealed to Shmirving after much prodding.”He’s got braces, and the last time I hooked up with someone with braces, my vagina looked like a cleft palate.”).

Membaca “Uganda, Be Kidding Me” memang membuat saya berkali-kali ngakak, meskipun ini humor porno yang sebetulnya tidak pantas ditulis oleh seorang penulis wanita. Ya, memang zaman sudah berubah, penulis wanita pun sekarang sudah tak canggung-canggung lagi berbicara tentang seks.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun