ilustrasi moondragon.org
Seorang pasien saya datang dengan keluhan tambalan gigi depannya yang selalu copot meskipun sudah berkali-kali ditambal ulang. Dia menyadari ’biang keladi’ dari kelainan ini, yaitu ’kebiasaan’ mengerat gigi pada saat dia tertidur. Demikian kuatnya keratan gigi (clenching) ini–menurut penelitian bisa sampai enam kali kekuatan pengunyahan normal–sehingga tambalan pada gigi serinya selalu terlepas. Inilah yang dalam istilah medis dinamakan bruxism dan digolongkan dalam gangguan tidur (sleep disorder) yang paling sering terjadi disamping mengigau (sleep talking) dan mendengkur (snoring).
Secara umum setiap manusia pernah mengalami bruxism di dalam tidurnya namun hal ini sangat ringan sifatnya sehingga tidak menimbulkan keluhan. Di Amerika Serikat diperkirakan ada 30 sampai 40 juta orang yang ’mengidap’ bruxism dan dari jumlah ini sekitar 5 persen mengalami gangguan dan keluhan seperti kerusakan pada tambalan gigi, gigi yang aus atau terkikis (dental wear), gigi yang goyang (loose teeth), gigi yang sensitif atau ngilu (karena microfracture dari email gigi),sakit pada sendi rahang,sakit telinga,sakit kepala, dan nyeri pada wajah.
Khusus mengenai keausan pada email gigi berdasarkan penelitian secara normal manusia akan mengalami pengikisan 0.3 mm dalam jangka waktu 10 tahun, namun pada orang dengan bruxisme gigi ini dapat ’tergerus’ 8 sampai 10 kali lebih banyak. Akibatnya jaringan email akan ’termakan’ bahkan jaringan dentin yang ada dibawah lapisan email juga tergerus sehingga pasien akan mengalami ’gigi keropos’ yang bukan disebabkan karena karies. Faktor yang memegang peranan yang besar dalam gangguan bruxism ini adalah kerja otot maseter yang amat kuat. Otot maseter ini terletak di sisi kanan dan kiri rahang, dan pada saat penderita bruxism mengeratkan gigi, kekuatan otot ini sedemikian kuatnya sehingga menimbulkan ’suara’ yang bisa membangunkan teman tidurnya dan tidak jarang mengganggu tidur orang-orang yang berada se kamar dengannya.
Penyebab pasti dari bruxism ini belum diketahui, namun diduga ada kaitannya dengan pola makan dan kejiwaan (stress,kemarahan yang ditekan,kepribadian yang agresif dan kompetitif) dan kontak gigi-geligi atas dan dan bawah yang abnormal (maloklusi). Jenis makanan yang memicu bruksisme antara lain minuman yang mengandung kafein,alkohol dan juga tembakau yang merangsang adrenalin. Namun yang bisa dipastikan bruxism ini bukan kelainan genetik atau keturunan. Dan kerja otot rahang di saat tidur ini bukanlah reflex (ini sering disalah kaprahi) namun termasuk ’kebiasaan’. Karena sifatnya kebiasaan, ada bruxer (pengidap bruksisme) yang juga mengerat-eratkan giginya pada saat dia tidak tertidur (diurnal).
Akibat lanjutan dari bruksisme ini adalah kerusakan pada sendi rahang yang dinamakan temporomandibular joint (TMJ). Apabila sudah terjadi kerusakan pada TMJ maka keluhan rasa nyeri akan lebih hebat terasa. Karena persendian ini berdekatan dengan telinga maka penderita akan mengeluh sakit kuping (otalgia), meskipun kupingnya sendiri sebenarnya tidak ’bermasalah’, sakit kepala dan apabila membuka rahang akan menimbulkan suara ’keletuk’ (clicking sound). Dan tidak jarang apabila pasien menguap (yawning) terlalu besar, rahang itu akan ’terkunci’ tidak bisa menutup kembali. Ini yang disebut dengan lock jaw dan untuk mengembalikan ke posisi menutup biasanya perlu dilakukan oleh dokter gigi karena pasien tidak sanggup menutupnya sendiri.
Tindakan pengobatan dan penanganan bruxism sudah beberapa macam diupayakan antara lain dengan memberikan dental guard (pelindung gigi) yang dipakai pada saat tidur. Namun alat ini seringkali kurang efektif karena sering dilepaskan oleh penderitanya karena menyebabkan ketidak-nyamanan pada tidurnya. Pengobatan yang mutakhir adalah dengan menyuntikkan botox pada kedua sisi otot maseter. Botox ini akan menyebabkan otot mengalami relaksasi dan diklaim 96 persen berhasil mengatasi bruxism. Dosis botox yang disuntikkan ini hanya kecil sehingga dia tidak mempengaruhi fungsi pengunyahan,gerakan tersenyum dan lain-lainnya. Botox ini diberikan dalam jangka 4 bulan sekali selama beberapa kali sampai ’kebiasaan’ bruksisme ini bisa dihilangkan.
Botox yang dewasa ini dikenal dalam dunia kosmetik untuk menghilangkan kerutan-kerutan wajah dan kantung mata, semula dan sampai kini digunakan untuk mengobati kekejangan otot (spasticity) seperti pada blepharospasm (kejang kelopak mata),strabismus (juling) dan torticollis (kejang leher). Botox ini adalah racun yang amat kuat dan apabila terserap melalui saluran pencernaan atau saluran pernafasan dapat membunuh orang dewasa dalam takaran kurang dari satu mikrogram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H