Orang selalu beranggapan bahwa bahasa Inggris paling unggul dalam segala hal, terutama dalam kekayaan kosakatanya (vocabulary), sehingga dia mampu mengekspresikan dengan akurat segala entitas di jagad raya ini. Sebaliknya dengan bahasa Indonesia, orang sering menyebutnya sebagai miskin kosakata. Benarkah bahwa bahasa Inggris digdaya dalam segala matra terhadap bahasa Indonesia? Ternyata bahasa Inggris mempunyai kelemahan yang cukup mencolok yaitu dalam kosakata untuk mengungkapkan nama bau-bauan. Dibandingkan dengan bahasa Indonesia untuk kosakata bau-bauan, dia benar-benar keok tak mampu bersaing. Ini diteguhkan oleh sebuah penelitian oleh Asifa Majid dan Niclas Burenhult, dari Max Planck Institute for Psycholinguistics di Nijmegen, Negeri Belanda.
Kita lihat kosakata bau-bauan dalam bahasa Indonesia seperti “amis, pesing, apak, sangit, bacin, angit, langu, kecut, masam, anyir yang bisa dipastikan tidak ada dalam terminologi bahasa Inggris. Kata “pesing” untuk menggambarkan bau kencing, kata “amis” untuk menggambarkan bau ikan mentah atau darah, kata “apak” untuk menggambarkan bau keringat atau pakaian kotor, kata “sangit” untuk menggambarkan bau sejenis serangga yang bernama walang sangit, kata “angit” untuk menggambarkan bau masakan yang gosong atau benda yang terbakar, kata “langu” untuk menggambarkan bau dedaunan atau sayur-sayuran, kata “bacin” untuk menggambarkan bau ikan busuk atau air comberan. Belum lagi kalau ditambah dengan istilah bahasa Jawa seperti “badek” atau “sengak”. Dalam bahasa Inggris kosakata yang ada cuma ada “putrid” dan “stinky”. Putrid dipakai untuk bau busuk dari makanan yang basi dan stinky untuk bau busuk sampah. Hanya ada dua kata itu saja untuk menggambarkan bau yang tidak menyenangkan. Tak ada padanan untuk kata “pesing” atau “amis” misalnya.
Asifa Majid dan Niclas Burenhult mengambil lokasi penelitiannya pada suku Jalai di Malaysia. Di sini paling sedikit ada 12 istilah bau dalam bahasa suku Jalai yang tidak eksis dalam bahasa Inggris. Disebutkan di situ antara lain: Jahai has more than a dozen basic odor terms, including words that translate roughly to “having a stinging smell” (used to describe the odors of petrol, bat poop, and ginger root) and “having a bloody smell that attracts tigers” (used to describe, among other things, the odor of crushed head lice). Jadi dalam bahasa mereka ada istilah untuk menggambarkan bau yang menyengat seperti bau bensin, kotoran kelelawar dan jahe (odors of petrol, bat poop, and ginger root) dan juga istilah untuk menggambarkan bau darah seperti misalnya bau kutu kepala/kepinding yang dipites (odor of crushed head lice).
Apa lagi keunggulan bahasa kita terhadap bahasa Inggris? Masih ada lagi, misalnya pada kosakata hubungan kekerabatan. Dalam bahasa Inggris tak ada ditemukan istilah “besan” (orangtua dari menantu). Mungkin dari sahabat Kompasianer dapat menambahkan keunggulan bahasa Indonesia yang tidak ada dalam perbendaharaan kata bahasa Inggris. Ini tentunya untuk menambahkan kebanggaan kita akan bahasa nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H