Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bahasa Inggris Rancu di Televisi

13 Agustus 2011   10:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:50 2219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

[caption id="attachment_125085" align="aligncenter" width="373" caption="(ilust newswire.ca)"][/caption]

Di layar kaca setiap hari kita menonton beragam tokoh masyarakat yang menyampaikan statement, membuat klarifikasi, mengutarakan wacana menyangkut berbagai isu yang sedang berkembang di masyarakat. Ada pengamat politik, ada tokoh masyarakat, ada pekerja seni, ada pakar keilmuan dan lain sebagainya. Menyimak pendapat mereka ini, tentu kita mengharapkan memperoleh manfaat pencerahan, setidak-tidaknya kita akan merasa menjadi lebih bijak dan pandai. Tidaklah mudah untuk menyaring dan menyeleksi berondongan kata-kata yang begitu intensif dan menggebu-gebu itu. Ditambah lagi untuk memberikan kesan intelek, pernyataan-pernyataan ini pun kerapkali dibumbui dengan istilah bahasa Inggris yang dianggap sedang ngetren. Kita telaah apakah istilah-istilah Inggris ini sudah tepat guna dan tepat sasaran dalam pemakaiannya.

Istilah yang cukup sering dilontarkan pada wawancara di televisi adalah kata gentle. Menanggapi pertanyaan pembawa acara seorang pejabat mengatakan bahwa tokoh A harus gentle mengakui kesalahannya bilamana sudah terbukti. Benarkah pemakaian diksi ini? Menurut kamus Oxford gentle bermakna ’mild and kind in temperament or character’ (berperilaku lembut dan penuh asih). Jadi dapat disimpulkan bahwa pemakaian kata gentle ini jelas rancu. Kemungkinan pejabat ini mau mengatakan ’harus gentleman’ yang dalam kamus dimaknai dengan ’orang yang terhormat dan bijak’. Namun seandainya kata gentleman yang diucapkannya, itu pun masih belum tepat aplikasinya, karena dia menggunakan gentleman (yang notabene adalah kata benda) sebagai kata sifat. Jadi diksi yang benar seharusnya berbunyi : tokoh A harus bersikap sebagai seorang gentleman mengakui kesalahannya. Atau ada pula padanan yang sudah sering dipakai : tokoh A harus bersikap sportif mengakui kesalahannya.

Kata lain yang sering diringkas (sehingga menjadi rancu seperti halnya gentleman menjadi gentle) adalah istilah entertain. Kata entertain adalah kata kerja (verb) dan bukan kata benda. Tapi coba lihatlah apa yang sering diucapkan oleh mereka yang diwawancara di televisi. Mereka mengatakan misalnya : saya akan berkonsentrasi di dunia entertain. Kalau sudah kepalang basah menggunakan bahasa Inggris, gunakanlah aturan tatabahasa yang benar yaitu entertainment (sebagai kata benda). Jadi ungkapan di atas tadi tidak boleh tidak harus berbunyi : ’saya akan berkonsentrasi di dunia entertainment’. Atau kalau dia masih mempunyai jiwa nasionalis, maka akan mengatakan: saya akan berkonsentrasi di dunia hiburan. Saya juga sering mendengar orang mengatakan ’biaya entertain tamu’ yang seharusnya berbunyi ’biaya entertainment tamu’.

Kata trendy yang suka diumbar dewasa ini adalah kata complain. Hampir semua orang sudah paham maksudnya yaitu ’mengeluh atau mengadu’. Dia adalah kata kerja seperti halnya kata entertain. Kata bendanya adalah complaint. Tapi cobalah Anda simak pada media cetak nasional kita kedua kata ini dicampur-adukkan semaunya saja. Pernah mantan Kapolda Jaya mengatakan jajarannya mempunyai moto untuk mencapai prestasi zero complain dari masyarakat, yang bermakna ’tidak ada lagi keluhan dari masyarakat’. Kesalahan pertama tentu pada kata complain yang seharusnya tertulis complaint. Kesalahan kedua adalah pada diksinya yaitu zero complaint. Mengapa? Karena apabila keluhan masyarakat nol (zero) pada polisi, ini berarti masyarakat sudah tidak percaya lagi pada institusi polisi sehingga tidak ada satu pun keluhan yang masuk. Atau kemungkinan lainnya masyarakat sudah apatis pada kinerja polisi. Dua hal yang tentunya bukan menjadi maksud dan tujuan dari semboyan zero complaint ini.

Dengan mengkaji beberapa contoh pemakaian yang rancu istilah bahasa Inggris ini, mudah-mudahan kita bisa lebih bijaksana mengutip istilah asing ini, karena pemakaian diksi yang keliru sedikit banyak akan mempengaruhi kecerdasan masyarakat secara umum.

Catatan kaki:

*Mohon maaf saya tidak dapat menanggapi komen pada tulisan ini, karena post ini dibuat dengan 'scheduled publish' dan pada saat ini saya sedang berada di Kanada untuk menemani putri saya yang akan studi di sana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun