Bahasa Indonesia mempunyai suatu kekhasan yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa-bahasa besar dunia lainnya, yaitu adanya kata ganti orang pertama jamak “kita” dan “kami”. Di dalam bahasa besar dunia lainnya, hanya dikenal satu bentuk kata ganti orang pertama jamak, seperti we (bahasa Inggris, wij (bahasa Belanda), wir (bahasa Jerman), nous (bahasa Perancis) dsb. Masih ingatkah Anda perbedaan penggunaan antara kata “kita” dan “kami”? “Kita” digunakan apabila orang yang diajak bicara termasuk di dalamnya, sedangkan “kami” digunakan apabila orang yang diajak bicara tidak termasuk di dalamnya. Karenanya, “kita” disebut sebagai inklusif, sedangkan “kami” sebagai eksklusif. Bagaimana aplikasinya dalam wacana lisan di masa sekarang? Saya khawatir, semakin lama semakin menyimpang masyarakat menggunakan kedua kata ini.
Ditanyai oleh wartawan mengenai perkembangan kasus penelantaran anak-anak oleh sepasang suami istri, seorang polisi menjawab,”Kita sudah memeriksa kedua orang bersangkutan tadi malam, dan kita terus lakukan pemeriksaan hari ini sampai selesai sebelum masa 1 X 24 jam.” Anda dapat merasakan keganjilan pada penggunaan kata “kita” di atas? Ya, seharusnya jurubicara kepolisian menggunakan kata “kami”, bukan “kita”, karena si wartawan yang diajak bicara tidak termasuk di dalam pekerjaan menyidik kedua orang tersebut. Kebiasaan (yang salah) menggunakan kata “kita” oleh pejabat pada saat melakukan press release atau press conference di hadapan para wartawan cukup sering dilakukan. Dan sebagai pemirsa, kita juga sudah kehilangan kepekaan daya kritis terhadap “penyimpangan” pemakaian kata “kita” dan “kami”. Alhasil, perbedaan antara “kita” dan “kami” semakin lama semakin kabur.
Beberapa contoh lain kesalahan penggunaan kata “kita” yang seharusnya memakai “kami”, misalnya pada penjelasan polisi pasca tertangkapnya artis AA sebagai PSK: “Kita akan sidik mucikari dan pelanggan potensinya” atau penjelasan Kabareskrim Budi Waseso tentang tertangkapnya seorang perwira Direktorat Tindak Pidana Narkoba yang menerima uang suap: “Kita memang ingin bersih-bersih” atau penjelasan Kasat Reskrim Polres Jaksel AKBP Audie S Latuheru: “Kita belum memeriksa yang lain selain AA.”. Dari ketiga contoh di atas, bisa digambarkan betapa seringnya pemutarbalikan pemakaian kata “kami” dengan “kita” atau sebaliknya. Nampaknya sebagai hal yang sepele, namun harus kita sadari, kalau bukan kita sendiri yang memelihara keanggunan bahasa Indonesia, siapa lagi yang diharapkan dan diandalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H