[caption id="attachment_297703" align="aligncenter" width="615" caption="(ilust breakmyspell.blogspot.com)"][/caption]
Pada kolom ”Nama & Peristiwa” harian Kompas hari ini terbaca kalimat: Bercelana training spak hitam, berbaju sport lengan panjang, serta bersepatu kets, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.... dst. Dalam ranah bahasa lisan, kita sudah sangat familiar dengan istilah training (atau training spak) dan ’sepatu kets’ yang selalu dikenakan orang bilamana hendak melakukan kegiatan olahraga. Dari mana asal mulanya lahir istilah ’sepatu kets’ dan juga istilah ’training’ ini?
Kalau Anda mencoba menelusuri istilah ’sepatu kets’ ini dari bahasa Belanda, maka dapat dipastikan tidak akan membuahkan hasil. Istilah yang sepertinya khas orang Indonesia ini ternyata berasal dari nama merek sepatu yaitu Keds. Banyak diantara kita yang mungkin tidak akrab dengan merek sepatu ”Keds” ini, namun di masa lampau sepatu yang terbuat dari kain kanvas dan ber-sol karet ini sangat terkenal. Bahkan ”Keds” inilah pelopor dan pencipta sepatu kanvas yang memulai produksinya pada tahun 1916.
Tadinya produsen sepatu ini ingin memakai merek ”Peds” (ped = kaki), namun trademark itu rupanya sudah dipakai orang, sehingga digantilah menjadi ”Keds”. Dalam promosi iklannya, disebutkan sepatu kanvas ini ringan dan nyaman, dan cocok bagi gadis-gadis yang ingin sneak (berjalan mengendap-endap) menghampiri boyfriend-nya tanpa ketahuan. Oleh karenanya, di AS sepatu kets ini dinamakan dengan dengan sneaker. Di negara Inggris, dia dikenal dengan nama ’plimsoll’ atau ’sand shoes’ (sebutan sehari-hari sanny) dan di Kanada dengan ’running shoes’ atau ’runner’. Di novel berbahasa Inggris, dia juga sering disebut dengan ”pump” (harap diingat ini bukan merujuk pada ’pompa’ tetapi ’sepatu kets). Yang menarik, konon di negara India, sepatu kanvas yang umumnya berwarna putih ini dinamakan mirip seperti istilah gaya Indonesia yaitu ”Keds”.
Sepatu kets disamping dipakai sebagai perlengkapan untuk olahraga, juga merupakan sepatu kerja bagi perawat dan petugas medis di rumah sakit. Dengan mengenakan sepatu kets ini, maka perawat ini dapat berlalu-lalang di bangsal pasien tanpa menimbulkan suara ketukan sepatu yang sangat mengganggu ketenangan si sakit. Merek ”Keds” ini memang meredup di seputar tahun 1990, namun kini mulai naik daun lagi di sejumlah negara seperti di AS, Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Brazilia. Sebutan ’sepatu kets’ yang mengacu pada merek ”Keds” ini mirip dengan sebutan ’odol’ yang mengacu pada merek pasta gigi ”Odol” yang dahulu kala pernah tersohor di tanah air kita.
Lantas bagaimana dengan ”training” atau ”training spak”? Untuk istilah yang satu ini memang bisa kita runut dari kata Belanda ”trainingspak” (dari kata training dan pak = busana). Cara penulisannya harus digabungkan dan antara training dan pak diselipkan ”s”. Jadi penulisan di Kompas yang saya contohnya di atas sebetulnya ’keliru’, bukan training spak, melainkan seharusnya trainingspak. Kata dengan ”pak” yang juga diserap dalam wacana kita antara lain ”zwempak” (busana renang), namun yang unik dia bermetamorfosa merujuk kepada ”celana dalam” (yaitu sempak).
Bilamana Anda berada di negara yang berbahasa Inggris, janganlah menyebutkan busana olahraga ini dengan ”training” karena mereka tak akan mengerti. Di sini mereka menyebutkannya dengan ”tracksuit”, “jogging suit” atau ”sweat suit”. Hanyalah di negeri Belanda Anda boleh menyebutnya dengan ”trainingspak”, karena kesamaan istilah yang dipakai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H