[caption id="attachment_303275" align="aligncenter" width="544" caption="(ilust ryman.co.uk)"][/caption]
Istilah ”spidol” untuk merujuk kepada pena yang berujung tebal nampaknya hanya dipakai oleh orang Indonesia saja, bahkan orang Malaysia dan Singapura tak menggunakan istilah ”spidol” ini. Karenanya saya sebutkan dengan unik. Dalam bahasa Inggris dia dinamakan dengan ”marker” atau ”marker pen”. Di India dan juga di Malaysia serta Singapura, orang menyebutkannya dengan marker, persis seperti penyebutan dalam bahasa Inggris.
Lantas dari mana muasalnya sebutan ”spidol” di negeri kita ini? Istilah ini ternyata merupakan pemelesetan dari merk (trade mark) yang pertama dipasarkan di Indonesia yaitu Staedtler. Mungkin karena pelafalannya tidak jelas harus bagaimana diucapkan, orang kemudian mengambil gampangnya saja mengubah staedtler menjadi ”spidol” ini. Dan memang akhirnya kata ”spidol” ini terkukuhkan dalam wacana kita merujuk kepada marker ini. Namun perlu dicamkan, janganlah kita mengucapkan istilah ”spidol” ini kepada orang asing, karena mereka pasti tak akan mengerti.
Di negara-negara lain, marker ini juga sering mendapat sebutan sesuai dengan merk yang pertama dan yang utama menguasai pasaran. Di Filipina, dia mendapat sebutan ”pentel pen” sesuai dengan merk Pentel yang merajai pangsa pasar marker di sana. Jadi apa pun merknya, apakah merk Pelikan, Faber Castell, Sharpie, tetap saja disebut orang Filipina dengan ”pentel pen”. Di Jepang, dia disebut dengan ”magic” juga mengadopsi dari merk dagang (brand name) ”Magic” yang terkenal di sana.
Di negara kanguru, Australia selain disebut dengan marker, dia lazim dinamai dengan ”texta” yang merupakan merk lokal yang beredar di sana yaitu ”Texta”. Di negara Jerman, selain disebut dengan ”filzer” juga dipanggil dengan nama ”edding” seturut dengan nama merk terkemuka di sana yaitu ”Edding”. Di AS dan Kanada, orang umumnya menyebutnya dengan ”magic marker” dari merk terkenal ”Magic”.
Sekalipun sebutan ini bervariasi sesuai dengan nama merk yang beredar di masing-masing negara, saya pikir Indonesialah yang paling unik mengadopsinya. Siapa yang menyangka bahwa kata staedtler bisa bermetamorfosa menjadi ”spidol”. Para ekspat (orang asing yang bermukim sementara di Indonesia) perlu memasukkan kata unik ini dalam perbendaharaan kata mereka, supaya tidak saling silang. Ekspat mengatakan marker kita yang tak ”nyambung”, kita mengatakan ”spidol” si ekspat yang tak ”nyambung”. Masalahnya spidol adalah benda yang sering kita perlukan dalam kegiatan sehari-hari. Kata lain yang juga diambil dari brand name di Indonesia adalah stabilo yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”highlighter”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H