Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Dari Obrolan Kecil di Facebook Menjadi Tulisan di Kompasiana

31 Maret 2015   13:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pagi ini, saya menulis di dinding Facebook sebagai berikut: Sedari kecil, saya sering ditegur "Ojo digado" (Jangan dimakan lauknya tanpa nasi) oleh ibu. Di Palembang, istilahnya "Jangan diratahi". Anda tahu istilah lain di daerah Anda? Mungkin ini istilah khas Indonesia yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris. Ini memang kepenasaran saya akan kata “digado” yang menurut saya unik dan spesifik Indonesia. Tak dinyana, saya mendapat komen lumayan banyak dari teman-teman FB dan terus terang beberapa di antaranya merupakan surprise bagi saya.

Ada yang berkomentar “Berarti gado-gado itu artinya lauk-lauk alias lauk doang ya pak. Masuk akal.” Saya pun sependapat dengan komen ini, bahwa istilah “gado-gado” memang ada benang merahnya dengan kata “digado” ini (di zaman dulu, kita tak pernah makan gado-gado dengan ditemani nasi, karena menyalahi pakemnya). Mengapa ibu kita melarang anak-anaknya “menggado” lauk yang terhidang di meja makan? Jawabannya tentunya kalau “digado”, maka pada saat makan nasi nanti, lauknya bakalan defisit, bahkan habis tinggal piringnya saja. Dan kita, anak-anaknya akan berteriak “Bu, ikannya habis!”. Perhatikan, sebutan “ikan” (bahasa Jawa “iwak”) sebagai pengganti kata “lauk” ini. Ini berarti, ibu kita harus masuk dapur lagi untuk menalangi lauk yang digado tadi. Makanya, kita dilarang keras menggado lauk. Budaya makan ini tentu berbeda dengan orang Barat yang tak mengenal nasi. Jadi saya yakin, istilah “digado” pasti tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris.

Yang membuat saya terpesona dari diskusi di FB, ternyata istilah “digado” ini banyak ragamnya di berbagai daerah Indonesia. Untuk daerah yang memakai bahasa Sunda sebutannya adalah “ulah ditambul”. Di daerah Blitar yang notabene berbahasa Jawa, malah ada istilah “aja diganyang”. Oh, jadi rupa-rupanya ini asal-usulnya slogan yang sangat terkenal di zaman Soekarno dulu “Ganyang Malaysia”. Tak mengherankan sebetulnya, karena Bung Karno adalah orang Blitar, sehingga beliau memakai istilah “ganyang” ini. Konotasinya adalah “dihabisi sampai tak bersisa”. Saya juga dapat masukan istilah “aja dijambali” (belum sempat saya tanyai istilah Jawa dari daerah mana ini). Tapi mendengar kata “dijambal” saya jadi teringat dengan tabu (larangan) lain dari ibu, karena “dijambal” ini menyiratkan makna “memanggil orang yang lebih tua dari kita tanpa diembeli dengan sebutan penghormatan “pak”, “ibu”, “kak” dsb. Untuk orang barat, memanggil orang yang lebih tua dengan menyebut langsung namanya memang biasa, namun tidak bagi kita orang Timur. Oleh karenanya, saya juga yakin istilah “dijambal” ini tak ada padanannya dalam bahasa Inggris.

Ada masukan lain dari seorang teman FB yang berasal dari Bali yang mengatakan bahwa dalam bahasa Bali dia disebut dengan “sing dadi jambal”. Seperti yang saya tulis di atas, di Palembang kita memakai istilah "Jangan diratahi". Saya belum mendapat masukan bagaimana ekspresi ini di daerah Kalimantan atau Sulawesi. Namun yang pasti, ini meneguhkan keyakinan saya akan kebhinekaan bangsa kita, banyak ragamnya tetapi tetap adalah satu. Yah, saya berguman dalam hati, dari obrolan kecil di Facebook ternyata saya bisa menelurkan satu tulisan yang bernas pada Kompasiana. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun