[caption id="attachment_230297" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption]
Kebetulan saya tersua dengan istilah ‘jantina’ pada artikel berbahasa Malaysia. Saya benar-benar kesulitan menebak makna kata ‘jantina’ ini sekalipun dengan membaca kalimatnya secara kontekstual. Ternyata setelah saya cari di Google Translate ‘jantina’ adalah terjemahan dari kata ‘gender’. Ini saya pikir merupakan pemadanan yang sangat kreatif dan saya tengarai merupakan akronim dari ‘jantan betina’. Dalam bahasa Indonesia kita tak mau repot-repot mencari padanan yang elok dan diserap saja menjadi ‘jender’.
Ternyata dalam bahasa Malaysia ada sejumlah kosakata umum yang merupakan akronim. Kata-kata ini sudah sangat lazim dipakai orang, sehingga kadangkala tak disadari sebagai akronim. Ada kata ‘pawagam’ yang terjemahan dari kata Inggris ‘cinema’ dan ternyata adalah akronim dari ‘panggung wayang gambar’. Ada kata ‘kugiran’ (bahasa Inggris: band) yang adalah akronim dari ‘kumpulan gitar rancak’. Ada ‘tadika’ (bahasa Inggris: kindergarten) yang akronim dari ‘taman didikan kanak-kanak’. Ada ‘jenama’ (bahasa Inggris: brand) akronim dari ‘jenis nama’, ada ‘purata’ (bahasa Inggris: average) akronim dari ‘pukul rata’, ada ‘debunga’ (bahasa Inggris: pollen) akronim dari ‘debu bunga’, ada ‘cikgu’ (Inggris: teacher) akronim dari ‘encik guru’.
Bagaimana dengan kosakata bahasa Indonesia? Memang bahasa kitapun tak kalah melahirkan akronim-akronim yang unik. Di zaman Soekarno ada istilah ‘berdikari’ yang merupakan akronim ‘berdiri di atas kaki sendiri’. Di zaman sebelum kemerdekaan, orang yang akan bertamu akan mengucapkan ‘spada’ yang sesungguhnya merupakan kependekan dari ‘siapa ada’. Mungkin kalau dalam bahasa Inggris biasa diucapkan ‘Anybody home?’. Di sekolah menengah pertama, saya masih teringat pelajaran guru bahasa Indonesia yang mengatakan ‘bahwasanya’ adalah akronim dari ‘bahwa sesungguhnya’.
Anda tentu sering mendengar kata ‘pramuka’ namun barangkali banyak yang sudah lupa bahwa kata ini adalah akronim dari ‘praja muda karana’. Juga bilamana kita mendengar kata ‘rudal’ mungkin tak teringat lagi bahwa dia adalah kependekan dari ‘peluru kendali’. Dahulu masa perploncoan mahasiswa dinamakan ‘mapram’ (masa prabhakti mahasiswa), lalu ada ‘sukwan’ (sukarelawan), juga ‘istora’ (istana olah raga).
Konon akronim sebelum masa perang dunia pertama sangat jarang dibuat orang, namun di masa modern sekarang, akronim memang sangat marak diciptakan orang, termasuk juga dalam bahasa Inggris. Ini adalah bukti bahwasanya bahasa selalu dinamis dan kreatif tanpa batasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H