Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humor

(Humor) Tebakan Lucu 'Kancing Gigi'

9 November 2012   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Saya mempunyai tebakan yang menarik pada sore hari yang mendung ini. Bilamana Anda mendengar istilah ‘kancing gigi’, apakah yang terbetik dalam benak Anda? Boleh pilih salah satu jawaban berikut ini (a) kancing baju yang terbuat dari gigi hewan, (b) penyakit kencing batu, (c) gigi persneling pada mobil, (d) penyakit tetanus. Sebagai seorang dokter gigi, seharusnya saya bisa menebak dengan benar pertanyaan ini. Istilah ‘kancing gigi’ memang berasal dari bahasa Malaysia untuk penyebutan penyakit tetanus. Jadi jawaban yang benar adalah (d).

Mengapa tetanus di Malaysia dinamakan dengan ‘kancing gigi’? Hal ini dikarenakan pada pasien yang menderita tetanus, seluruh otot-ototnya mengalami pengejangan, termasuk otot di sekitar rahangnya. Akibatnya, pasien tak bisa membuka mulutnya, yang ditandai dengan gigi-geligi yang ‘terkancing’ atau terkunci (kancing = tertutup). Penyakit yang disebabkan bakteri Clostridium tetani, biasanya terjadi manakala seseorang mengalami luka tusukan dan bakteri yang masuk ini mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang syaraf. Kalau meminjam istilah bahasa Malaysia, kancing gigi ini dapat dicegah dengan dilakukan ‘perlalian’.

Sekali lagi saya mengalami disorientasi bahasa. Sepengetahuan saya, ‘lali’ dalam bahasa Jawa bermakna ‘lupa’. Apakah penyakit tetanus ini bisa disembuhkan dengan cara dilupakan dari ingatan kita? Tentu saja bukan itu maksudnya. ‘Perlalian’ adalah istilah awam untuk sebutan ‘imunisasi’ atau ‘vaksinasi’. Ada dua istilah dengan ‘gigi’ lainnya dalam bahasa Malaysia yang agaknya relevan untuk diketahui para dokter gigi seperti saya. Istilah itu adalah ‘gigi jongang’ dan ‘gigi kacip’. ‘Gigi jongang’ adalah gigi yang tongos (bahasa Jawa: merongos) dan dalam istilah medis disebut dengan ‘gigi yang protrusif’. ‘Gigi kacip’ adalah ‘gigi seri’ dalam bahasa kita, yaitu gigi yang posisinya berada di dekat bibir kita. Dalam bahasa Malaysia ‘gigi kacip’ disebut juga dengan ‘gigi manis’, mungkin merujuk pada senyuman manis yang dipancarkan gigi-geligi ini.

Ada lagi nama penyakit yang di abad 19 sangat ditakuti orang yaitu ‘penyakit taun’. Ini adalah penyakit kolera dalam istilah awam di Malaysia. Sesungguhnya istilah ‘penyakit taun’ dahulu kala juga dikenal di negeri kita. Saya sempat membaca koran terbitan tahun 1930an yang berisikan maklumat pencegahan terhadap penyakit taun ini. Mungkin karena pengaruh dari bahasa Belanda (cholera), maka sebutan penyakit taun ini digusur oleh ‘penyakit kolera’.

Apakah yang terlintas dalam pikiran Anda bila seseorang mengatakan sakit ‘kepialu’? Ternyata ‘kepialu’ adalah migraine alias ‘sakit kepala sebelah’ dalam bahasa kita. Kalau di Malaysia ada yang mengatakan kerabatnya sakit ‘demam kepialu’, maka itu berarti dia menderita demam tifoid (typhoid fever). Bilamana disebutkan dia terjangkit ‘kaki makan air’, maka itu berarti dia terkena ‘kutu air’ pada sela-sela jari kakinya. Kedua istilah ini, baik bahasa Malaysia maupun Indonesia, memang salah kaprah (misnomer), karena memang kakinya tidak dimakan air, pun juga tidak dimakan kutu. Kelainan kulit ini disebabkan oleh sejenis jamur (dalam bahasa Malaysia disebut dengan ‘kulat’) ‘Kaki makan air’ ini dalam istilah Inggris dinamakan ‘athlete foot’.

Menyebut ‘kutu air’ harap Anda tidak salah interpretasi dengan istilah ‘kutu ari-ari’. Soalnya, ‘kutu ari-ari’ dalam bahasa Malaysia bermakna ‘pubic lice’ yaitu kutu yang suka mendekam pada rambut kemaluan. Ari-ari dalam bahasa Malaysia maupun Indonesia mempunyai makna yang sama yaitu plasenta. Jadi agak mencengangkan juga mengapa kutu ini disebutkan bermukim di plasenta. Mungkin inilah ciri bahasa eufemisme yang sering menghiasi bahasa Melayu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun