[caption id="attachment_200974" align="aligncenter" width="579" caption="(ilust bisnisukm.com)"][/caption]
Semua jenis kue kering, termasuk juga kerupuk, perlu disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan kedap udara. Kalau tidak, maka kue kering atau kerupuk ini akan melempem. Untuk kita yang bermukim di wilayah tropis, istilah ‘melempem’ tentu tak asing lagi di telinga, mengacu pada kondisi (camilan) yang tidak renyah lagi. Iseng-iseng saya mencari padanan ‘melempem’ ini dalam bahasa Inggris dan ternyata hasilnya nihil.
Apa pasalnya? Tak lain, karena di negara Barat kue-kue kering ini tak pernah akan menjadi melempem. Ini juga mengherankan saya, waktu melihat kerabat yang bermukim di Kanada membiarkan stoples kerupuk terbuka tanpa tutup. ‘Kebiasaan’ yang sudah terkondisi dari kecil membuat tangan saya gatal untuk menutup wadah kerupuk ini, dan justru ‘dilarang’ oleh tuan rumah. Alasannya cukup singkat: di sini tak ada makanan kering yang melempem. Saya belum menemukan alasan ilmiah di balik ’anti melempem’ di sana, namun saya tengarai hal ini berkaitan dengan dengan kelembaban udara yang sangat rendah di negara itu.
Di negara-negara tropis, kelembaban udara rata-rata sangat tinggi yang bermakna kandungan air dalam udara sangat tinggi. Jadi masuk akal juga kalau kue-kue kering ini dalam tempo singkat menyerap air sehingga menjadi melempem. Melempem tak sama dengan istilah ’spoiled’ yang mengandung makna ’sudah tercemar oleh mikro-organisme’. Makanan yang ’spoiled’, kalau dia basah kita sebut dengan ’basi’ dan kalau dia kering kita katakan dengan ’tengik’. Pada kondisi ’melempem’ camilan ini relatif belum tercemar oleh bakteri dan hanya ’memble’ saja. Bahkan ada orang yang lebih suka makan kerupuk yang setengah melempem ketimbang yang masih ’keriuk-keriuk’.
Sebetulnya ada sejumlah kata dari bahasa kita yang tidak memiliki padanan yang pas dengan bahasa Inggris. Ambillah contoh kata ’rajin’. Kata ’rajin’ banyak sekali diwacanakan dalam budaya kita, tetapi menurut saya tak ada satu kata pun dalam bahasa Inggris yang mewadahi pengertian rajin yang sering kita ungkapkan. Memang ada kata ’diligent, industrious, studious, laborious’ dan sebagainya, namun tak ada satu pun yang merupakan cerminan dari maksud ’rajin’ ini. Sudah merupakan kebiasaan kita memuji seseorang dengan kata-kata ’Wah, Anda rajin sekali’ atau menasehati anak supaya rajin belajar atau rajin sholat. Tapi tak pernah saya mendengar orang berkata dalam bahasa Inggris dengan ’How diligent you are’ atau ’You must be diligent to study/ to pray’.
Kata lain yang menurut saya juga tak ada padanan yang pas adalah ‘cita-cita’. Ini juga kata ‘kesayangan’ orang Indonesia yang selalu mengucapkan ‘Apa cita-citamu kalau besar nanti’. Memang ada kata ‘goal, ambition, aspiration, aim’ dan sebagainya, tapi bila diterapkan dalam kalimat ‘What is your goal?’ kok terasa agak melenceng ya. Apalagi kalau ditanyakan kepada anak kecil.
Memang budaya dan tatakrama sangat berpengaruh pada perbedaan sejumlah kata ini. Kata ‘pesing’ juga tak saya jumpai padanannya dalam bahasa Inggris. Demikian pula kata ’sungkan’ (segan), bonceng, pilek, masuk angin, gundul, ompong. Sebaliknya juga kita tak memiliki padanan yang pas untuk kata ’sober’. Kata ini mengacu kepada kondisi ’tidak dalam pengaruh minuman keras/alkohol’. Kalau kita berurusan dengan polisi di negara Barat, pastilah pertanyaan pertama yang diajukan adalah ’Are you sober?’ Mudah-mudahan kita bisa langsung bisa menangkap maknanya dan tidak keliru menganggap pertanyaan ini dengan ’apakah Anda sabar’. Ha-ha-ha, I’m just joking.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H