Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bila Suntik Obat Bius Gigi Tak Jalan

14 Agustus 2012   07:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:48 8540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1344929175406524413

[caption id="attachment_200127" align="aligncenter" width="472" caption="(ilust coronadentistrynews.com)"][/caption]

Pasien yang akan mencabut gigi pasti mendapat suntikan obat bius lokal (local anesthesia) dari dokter gigi. Dalam waktu 1-2 menit, pasien akan merasa baal/kebal/kebas (feeling numb), sehingga gigi bersangkutan dapat dicabut tanpa rasa sakit. Namun pada kasus-kasus tertentu, pembiusan tak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pasien masih merasa kesakitan pada saat dicabut, bahkan kadangkala melolong, melengking, mengaduh bertalu-talu menjadikan kamar praktek si dokter bak ruang penyiksaan (torture chamber). Faktor-faktor apa saja yang membuat pembiusan lokal ini ‘gagal’ dan upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.

Hot tooth (Bengkak di sekitar gigi)

Infeksi akut pada gigi yang biasanya ditandai dengan abses (pembengkakan), gusi memerah dan rasa nyeri yang tak tertahankan (severe pain) memberikan petunjuk bagi dokter gigi bahwa gigi bersangkutan belum bisa dicabut. Ini disebabkan karena dalam kondisi tersebut, obat bius (anesthesi) tak akan bekerja secara sempurna. Penjelasan ilmiahnya, obat anesthesi ini dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH) di mana dia disuntikkan. Pada kondisi infeksi akut, daerah bersangkutan berubah menjadi sangat asam (acidic) dan cairan anesthesi tak mampu menembus meresap ke jaringan syaraf. Alhasil, pasien akan tetap merasa kesakitan, sekalipun dosis cairan bius ini ditambahkan dari takaran normalnya. Jadi, jalan terbaik adalah menyembuhkan hot tooth ini terlebih dahulu dengan antibiotika dan anti-inflamasi (menghilangkan pembengkakan) dan lima hari kemudian baru dicabut.

Alcoholic (Peminum alkohol)

Pasien yang suka minuman keras (minuman beralkohol) terbukti juga tak ‘mempan’ dengan suntikan obat bius ini. Khususnya untuk heavy drinker (pecandu miras), harus diberikan dosis yang berlipat ganda untuk menghasilkan efek pembaalan. Kandungan alkohol dalam darah memberikan dua pengaruh terhadap kerja obat bius. Yang pertama, alkohol menyebabkan systemic acidosis (keasaman sistemik) dan kedua, efek pelebaran pembuluh darah (vasodilation) sehingga cairan anesthesi ini akan ‘disapu’ oleh aliran darah yang lebih cepat. Jadi sebelum cairan bius bekerja, dia sudah digelontor oleh derasnya aliran darah. Pasien yang ‘hobi’ minum miras, perlu menginformasikan hal ini kepada dokter gigi, agar dapat diambil tindakan pengamanan yang sepadan.

Ehler-Danlos Syndrome (EDS)

Kelainan genetik (turunan) ini ternyata juga mengakibatkan suntikan anesthesi lokal tidak bekerja. Jadi dokter gigi jangan terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa pasiennya ‘manja dan cengeng’, kalau dia menjerit-jerit kesakitan. Ehler-Danlos syndrome (EDS) adalah kelainan genetik yang berpengaruh pada jaringan ikat (connective tissue) seperti kulit, tulang, otot, persendian, pembuluh darah. EDS ini mengakibatkan kerusakan (defect) dari sintesa kolagen, zat yang berfungsi sebagai ‘perekat’ sel. Tanpa adanya kolagen ini menyebabkan otot dan kulit menjadi kendur, persendian menjadi ‘loncer’ dan pembuluh darah mudah pecah (rupture). Banyak selebritas ‘manusia plastik’, ‘manusia karet’ yang dengan mudahnya menekuk-nekukkan badannya adalah penyandang kelainan EDS. Prevalensi EDS ini ternyata cukup ‘tinggi’ yaitu 1 berbanding 5.000 kelahiran bayi. Secara kasat mata mereka tak menampakkan kelainan fisik maupun inteletualnya. Untuk penderita EDS ini ada metoda khusus untuk membius yaitu dengan Gow-Gate Block. Pada Gow-Gate block jarum suntik diarahkan pada leher kepala sendi (condyle) rahang bawah dan cairan bius disuntikkan di situ. Karena semua percabangan syaraf bermuara di situ, maka akan diperoleh pembiusan yang sempurna. Namun tak semua dokter gigi menguasai teknik penyuntikan dengan Gow-Gates block ini.

Anxiety (Kecemasan)

Pasien yang akan dicabut giginya pasti akan merasa cemas. Pada pasien-pasien tertentu, kecemasan ini dapat menyebabkan cairan anesthesi ini tidak bekerja dengan baik. Ini disebabkan kecemasan dapat memicu terjadinya alkalosis (kadar basa yang tinggi) atau asidosis (kadar asam yang tinggi). Kedua kondisi ini memang tidak kondusif bagi obat bius yang membutuhkan pH normal untuk bisa bekerja dengan optimal. Memang tidak semua kecemasan menyebabkan ‘gagalnya’ pembiusan dan nampaknya hanya bersifat individualistis saja.

Red Hair (Rambut Merah)

Pada ras kulit putih yang berambut merah (red hair) dokter gigi nampaknya perlu memberikan perhatian khusus menyangkut soal pembiusan lokal ini. Fakta menunjukkan bahwa mereka yang berambut merah (bukan yang disemir dengan red hair tentunya), ternyata lebih bandel untuk dibius dibandingkan dengan mereka dengan warna rambut lain. Ini dipengaruhi oleh adanya mutasi melanocortin-1 receptor gene. Bukan cuma terhadap anesthesi local saja si rambut merah membandel, tapi juga terhadap terhadap bius umum (general anesthetic) dan midazolam (obat bius yang dimasukkan lewat infus).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun