Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obat Batuk Dilarang Diberikan pada Anak

22 Agustus 2011   21:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:33 3280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_127185" align="aligncenter" width="400" caption="(ilust gladchildhood.blogspot.com)"][/caption]

Setiap kali orangtua mendengar anak-anaknya batuk-batuk, spontan mereka akan membuka lemari obat untuk mencari obat batuk. Obat batuk memang tergolong obat yang dapat dibeli bebas (over the counter drugs) dan umumnya diminum pada saat kita menderita selesma dan flu. Obat ini berisi kandungan zat ekspektoran (mengeluarkan dahak), antitusif (meredam batuk) dan juga dekonjestan (melebarkan saluran nafas yang menyempit). Hasil penelitian termutakhir menunjukkan bahwa obat-obat peredam batuk ini tidak efektif pada anak-anak di bawah usia 6 tahun bahkan dapat memberikan akibat merugikan pada kesehatan anak.

Salah satu akibat merugikan (adverse reaction) yang sangat fatal dari obat batuk yang diberikan pada anak-anak adalah terjadinya Reye’s syndrome. Penyakit ini mengakibatkan penimbunan lemak pada otak, hati dan organ tubuh lainnya pada anak dan remaja, terlebih-lebih bilamana mereka sedang menderita cacar air (chicken pox) atau flu. Di masa lampau, bila anak-anak mengalami cacar air atau selesma, para orangtua segera memberikan aspirin untuk mengatasi demam, sakit kepala dan nyeri pada tubuh. Hasil penelitian membuktikan bahwa aspirin atau salicilat ternyata dapat mengakibatkan Reye’s syndrome yang diikuti dengan kerusakan otak (brain damage) pada anak. Oleh karenanya, segala obat penghilang rasa nyeri yang mengandung aspirin tidak diperbolehkan lagi diberikan pada anak di bawah usia enam tahun. Bahkan otoritas kesehatan di banyak negara maju sudah merekomendasikan untuk tidak memberikan obat aspirin dan obat batuk ini untuk anak di bawah 12 tahun.

Kasus Reye’s syndrome memang sudah banyak menurun sejak diberlakukan ‘pelarangan’ pemberian aspirin pada anak-anak. Gejala awal Reye’s syndrome ini adalah muntah-muntah,menjadi rewel (irritable), kejang pada lengan dan kaki dan koma. Prognosis (ramalan kesembuhan) penyakit cukup rendah dan acapkali penderita akan mengalami kecacatan otak permanen. Reye’s syndrome ini cukup sering keliru didiagnosa sebagaiencephalitis, meningitis, sudden infant death syndrome (sindroma kematian mendadak balita), atau keracunan. Meskipun mekanisme penyebab terjadinya Reye’s syndrome belum sepenuhnya diketahui, namun dapat dipastikan bahwa penghindaran pemberian aspirin pada anak-anak merupakan upaya preventif terhadap penyakit yang mematikan ini.

Dengan adanya rekomendasi(meskipun tidak mengikat) untuk tidak memberikan obat aspirin dan obat batuk pada anak-anak, kiranya kita bisa lebih berhati-hati untuk memberikan obat yang dijual bebas ini. Bilamana anak mengalami batuk yang disebabkan oleh flu biasa, maka tanpa diberikan obat gejala batuk-batuk ini akan hilang dengan sendirinya. Bilamana batuk-batuk ini lebih dari dua minggu, sangat bijak kita membawanya ke dokter untuk mencari penyebabnya, sehingga obat yang diberikan tepatguna dan tepat sasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun