Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Fluorida Ternyata Zat yang Sangat Berbahaya

28 Januari 2012   07:53 Diperbarui: 4 April 2017   18:19 9402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_158800" align="aligncenter" width="604" caption="dental fluorosis (ilust moblog.whmsoft.net)"][/caption]

Fluor dikenal khususnya sebagai unsur kimia yang dapat memperkuat lapisan email gigi sehingga diklaim dapat mencegah terjadinya karies (gigi keropos). Oleh karenanya, sudah semenjak tahun 1945 zat fluor ini dibubuhkan pada air keran (tap water) di negara-negara maju antara lain di Amerika Serikat, Australia, Irlandia, Israel, Selandia Baru, Singapura. Sejumlah produsen pasta gigi ternama juga menambahkan zat fluor ini dalam pasta giginya. Tak pernah dibayangkan dalam benak masyarakat, bahwa dari kajian ilmiah mutakhir ternyata fluor justru adalah unsur kimia yang sangat beracun dan berbahaya, dan mengakibatkan serangkaian penyakit yang fatal.

Bukti yang tak terbantahkan dari pengaruh buruk zat fluor bagi tubuh adalah terjadinya dental fluorosis khususnya di negara AS yang menerapkan water fluoridation (pemberian fluor pada air minum) secara nasional. Dental fluorosis adalah bercak-bercak berwarna keputihan sampai kecoklatan pada permukaan gigi akibat kelebihan dosis fluor dalam tubuh. Bercak-bercak ini justru sangat rapuh dan mudah rontok sehingga permukaan email akan cekung berlubang (pitting) dan geripis. Prevalensi dental fluorosis di AS meningkat tajam karena air minum dan pasta gigi berfluor ini sudah dikonsumsi oleh anak-anak semenjak mereka masih balita. Pembuatan susu botol misalnya selalu menggunakan air keran yang berfluor, dan dari kajian kadar fluor sebanyak 0,6 – 1,2 ppm ternyata sangat toksik untuk anak-anak di bawah usia tiga tahun. Laporan yang cukup mengerikan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memaparkan bahwa pada tahun 2010 di Amerika Serikat 41 persen remajanya (adolescent) mengalami dental fluorosis.

Anak-anak kecil yang sudah mulai belajar menggosok gigi, juga sangat rentan terpapar keracunan fluor ini, karena mereka cenderung untuk memakan pasta gigi ini atau tak sengaja tertelan. Kemanfaatan fluor untuk memperkuat lapisan email gigi hanya terjadi bilamana diberikan secara topical (dioleskan) dan bukan dengan cara systemic (dimakan). Oleh karenanya, ada anjuran untuk membubuhkan pasta gigi seukuran biji kacang (pea size) saja pada sikat giginya dan bukan seukuran sepanjang sikat gigi. Untuk patokan ukuran pasta gigi ini kurang lebih sebesar kuku jari anak tersebut. Dengan pedoman ini, diharapkan anak tidak akan terpapar fluor melebihi dosis yang aman. Hal ini utamanya perlu mendapat perhatian dari orangtua yang mempunyai anak dengan kelainan kronis, seperti Down’s syndrome, ADHD (hiperaktif), asma, cerebral palsy yang tidak mampu melakukan sikat gigi dengan benar.

[caption id="attachment_158803" align="aligncenter" width="578" caption="ukuran pasta gigi untuk anak-anak"]

1327737056286674991
1327737056286674991
[/caption]

Namun efek negatif dari fluor ternyata tak hanya terbatas pada gigi belaka. Hasil penelitian medis mutakhir menunjukkan bahwa fluor juga mengakibatkan kerusakan pada saraf dan otak, kerusakan pada tulang (antara lain fraktur tulang panggul dan artritis), kanker tulang, dan gangguan kelenjar thyroid. Khusus mengenai nyeri persendian (artritis) yang dinamakan dengan bone fluorosis banyak ditemukan di negara China, India dan sebagian Afrika. Di sana memang tidak melaksanakan program pemberian fluor pada air minum, namun secara alamiah air di wilayah itu mengandung kadar fluor yang sangat tinggi. Berjuta-juta penduduk negara ini mengalami artritis tanpa menyadari sumber dan asal penyebabnya. Disamping itu, penelitian pada populasi yang mengonsumsi air berfluor, menunjukkan kecenderungan yang signifikan dari peningkatan kasus kanker tulang (osteosarcoma).

Fluor juga ditengarai mengakibatkan kerusakan pada ginjal dan kemandulan (infertility). Fluor juga terakumulasi paling banyak pada kelenjar pineal (kelenjar kecil yang berada di tengah belahan otak kiri dan otak kanan) Kelenjar pineal ini memproduksi hormon melatonin yang berfungsi untuk mengatur dimulainya masa akil baliq (puberty) dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Fluor membawa akibat yang amat buruk pada kelompok masyarakat yang rentan seperti bayi, manula, penderita diabetes dan penderita malnutisi (seperti kekurangan kalsium, magnesium, vitamin C, vitamin D and yodium and protein).

Meskipun fluor sudah terbukti lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, pihak otoritas kesehatan masih lamban dalam mengambil keputusan. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada prevalensi karies gigi antara negara yang menerapkan water fluoridation dengan negara yang tidak. Juga masyarakat semakin terbuka matanya, bahwa pemberian fluor pada air minum merupakan ’kesewenang-wenangan’ negara karena dilakukan tanpa meminta persetujuan rakyatnya. Apalagi sudah dinyatakan bahwa fluor tidak mempunyai batasan dosis aman (artinya dalam dosis yang sangat kecil pun tetap berbahaya). Sudah saatnya pihak pemangku kepentingan untuk mengingat kembali prinsip kewaspadaan (precautionary principle) yang berbunyi : If in doubt leave it out (bilamana bimbang lebih baik tidak usah dilaksanakan). Tak perlu menjaga gengsi atau menjaga wibawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun