Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bahasa Belanda Meratap di 'Kompas'

21 Juni 2011   04:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:19 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_117905" align="alignleft" width="640" caption="jij weit niet zeg?"][/caption]

Konon bangsa kita pernah dijajah Belanda, konon bahasa Belanda pernah menjadi ‘bahasa kedua’ di negeri kita dan konon tanpa disadari sampai saat sekarang pun kita masih sering menggunakan ungkapan-ungkapan bahasa Belanda. Saya gunakan kata ‘konon’ karena nampaknya kita semua seperti penderita Alzheimer yang sudah lupa tuntas ( bahasa Jawa lali blas) akan kejadian masa lampau. Dan manifestasi ‘kepikunan’ bahasa Belanda dapat disaksikan dalam suratkabar besar “Kompas”. Berulang-ulang saya temukan kesalahan gramatika, kesalahan diksi, dan kesalahan eja. Mungkin segelintir orang saja yang melihat kekeliruan ini, karena seperti yang saya kemukakan di atas, kita semua sudah wes ewes ewes bablas Londone...

Lihatlah pada gambar karikatur GM Soedarta pada halaman Opini Kompas Sabtu 18 Juni 2011 di atas. Menanggapi keheranan Om Pasikom kenapa banyak orang yang melindungi koruptor yang lari ke luarnegeri, Tante Pasikom yang ’kebelanda-belandaan’ berkata sarkastis : Ah schaat..! Jij weit niet zeg... Orang itu soort zoek soort. Ada dua ’dosa tatabahasa’ di sini. Yang pertama kesalahan eja weit dan seharusnya tertulis ’Jij weet niet zeg (maknanya ’kamu tidak tahu hah?). Lalu yang kedua pepatah soort zoek soort yang seharusnya tertulis soort zoekt soort. Pepatah ini sama dengan peribahasa Inggris birds of feathers flock together (maknanya ‘orang yang sejenis akan berkumpul bersama). Nampak seperti sepele saja, kurang satu huruf di sini dan tertukar satu huruf di sana.

[caption id="attachment_115377" align="aligncenter" width="586" caption="zuikenhuis atau ziekenhuis?"][/caption]

Pada edisi Kompas hari ini juga dapat Anda temui kesalahan pengejaan bahasa Belanda yang menggelikan. Pada halaman 37 dari rubrik ’Refleksi’ yang membandingkan rumah Raden Saleh tempo doeloe dan sekarang dituturkan bahwa rumah antik ini menjadi rumah sakit Cikini yang di zaman Belanda dinamai Stichting Medische Voorziening Koningen Emma Zuikenhuis Tjikini. Anda tahu di mana letak kekeliruannya? Ya kesalahan terdapat pada zuikenhuis yang seharusnya tertulis ziekenhuis (ziek = sakit dan huis = rumah). Pada rubrik serupa (Kompas 12 Mei 2011) Gedung Merdeka dituliskan memiliki nama Scieteit Concordia di zaman Belanda. Ejaan yang benar tentunya adalah Sociëteit Concordia (maknanya perhimpunan Concordia).

Pada hari Kebangkitan Nasional 20 Mei Kompas menurunkan tulisan mengenai semangat nasionalis pelajar STOVIA dengan kutipan berikut [... pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlansche Artsen ...... ]. Ini juga rancu karena yang benar STOVIA adalah singkatan dari School tot Opleiding van Indische Artsen (maknanya kira-kira sekolah kejuruan untuk dokter Hindia Belanda). Demikian juga pada edisi hari yang sama Kompas yang menurunkan berita mengenai BSP rekrut 50.000 pekerja menuliskan NV sebagai singkatan dari Naamlooze Vennootschap. Penulisan ejaan yang benar adalah ‘Naamloze vennootschap’ Cukup ribet ya, kadang dengan satu ’o’ kadang dengan dua ’o’. Namun kiranya Anda sepakat dengan saya bahwa dalam bahasa kita harus bersikap akurat dan mengikuti aturan bahasa tersebut.

Dalam rubrik Teroka (23 April 2011) ada suatu pepatah Belanda yang dituliskan di situ [Onhoorbaar goeitde padi (tak terdengar tumbuhlah padi) ]. Makna dari pepatah ini ’banyak kejadian di muka bumi ini yang kita sadari’. Namun sekali lagi penulis Teroka ini sudah keselip pena, karena penulisan ejaan yang benar adalah ‘Onhoorbaar groeit de padi’ (dari kata kerja groeien = tumbuh). Mengingat KUHAP kita bermuara dari hukum kolonial Belanda maka istilah-istilah hukum di sana banyak yang masih mengadopsi bahasa Belanda. Saya membaca pada salah satu tulisan opini yang membahas RUU Intelijen selarik kalimat [negara kekuasaan (machstaat) dan bukan merupakan ciri negara hukum (rechtstaat ]. Nampaknya sudah oke pengejaannya, namun ternyata ejaan istilah bahasa Belanda ini yang benar adalah machtsstaat dan rechtsstaat. Demikian pula pada bahasan mengenai jaminan sosial (Kompas 2 Mei 2011) ada tertulis [... atau bersifat penetapan dan pengaturan (regelling)].Ejaan yang benar istilah bahasa Belanda ini adalah regeling.

Setempo, istilah Belanda tercampur aduk dengan istilah Inggris seperti pada berita mengenai bongkar muat JICT yang sempat tersendat karena peraturan larangan truk kontainer masuk kota di pagi hari dengan tulisan [... pemeriksaan fisik peti kemas jalur merah (behandle) ... ]. Perlu diketahui, bahwasanya kata behandle ini tidak ada dalam bahasa Inggris - dalam bahasa Belanda ada, namun ejaannya adalah behandeld (yang bermakna ’diperlakukan’). Pada kupasan berita mengenai sengketa tanah keraton Cirebon Kompas menulis [... wilayah bernama partikuliere landen van Kandang ....]. Is it correct? Wrong again! Ejaan yang benar adalah particuliere.

Dan yang bahkan membuat saya bingung adalah tulisan mengenai tugu khatulistiwa di Pontianak yang diantaranya bercerita mengenai prasasti yang terukir di situ berbunyi [Den 31 sten Maart 1928 ....]. Apa ya maknanya sten? Ternyata ejaan ini seharusnya tertulis ’De 31ste Maart 1928’ alias 31st March 1928 (kalau pakai cara Inggris). Bahasa Belanda patut meratap diobok-obok di bekas tanah jajahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun