Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Trend Kawat Gigi untuk 'Fashion'

6 April 2011   08:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:04 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1302087567693641300

[caption id="attachment_100409" align="aligncenter" width="640" caption="fashion braces (ilust paterninadental.com)"][/caption]

Ada masa di waktu lampau di mana mengenakan kawat gigi dianggap sebagai ‘bencana’ atau ‘stigma’ yang membuat rasa minder para remaja. Mereka menjadi sasaran ejekan teman-temannya dengan sebutan ‘mulut besi’ (metal mouth) atau ’senyum kaleng’ (tin grin). Tapi itu dulu. Dewasa ini khususnya di kawasan negara-negara Asia (Thailand, China dan juga Indonesia) behel atau kawat gigi dianggap sebagai bagian dari fashion yang trendy. Remaja-remaja dengan bangganya memamerkan senyumnya yang bertaburan kawat warna-warni (seperti pelangi) yang bahkan bisa diganti-ganti supaya matching dengan warna busana yang dikenakannya. Inilah yang dinamakan dengan fashion braces (kawat gigi untuk gaya) yang merebak tanpa kontrol di antara kawula muda.

Sejatinya kita mengenakan dental braces atau alat orthodonsi, kalau memang ada indikasi untuk tindakan itu, misalnya adanya susunan gigi yang tidak rata dan bertumpuk (crowded) dan pengerjaan kawat gigi ini juga hanya boleh dilakukan oleh dokter gigi yang berkompetensi. Namun yang terjadi karena lemahnya kontrol dari departemen kesehatan, kini bahkan salon-salon kecantikan tanpa rikuh dengan iklan besar menawarkan pemasangan kawat gigi ini. Tarip yang ditarik tentunya jauh lebih murah dibandingkan kalau dilakukan di ruang praktek dokter gigi. Bahkan di Thailand juga sudah dipasarkan kawat gigi yang bisa dipasang sendiri dan bisa dikirim lewat paket (mail delivery).

Amankah fashion braces ini? Kalau kita menelaah mekanisme kerja kawat gigi di mana dilakukan tarikan pada gigi-geligi secara berkelanjutan, maka pertama-tama efek negatif dari pemakai yang susunan giginya tidak bermasalah adalah pergeseran gigi yang tidak terkontrol. Kedua, tenaga tarikan ‘behel’ ini sebetulnya menyebabkan rasa sakit yang cukup menyiksa, sehingga saya cukup heran banyak remaja yang rela menahan sakit demi untuk tampil gaya atau nampak cool. Efek negatif lainnya karena pemasangan kawat gigi dilakukan oleh tenaga yang tidak berkompeten, maka sejumlah gangguan kesehatan dapat mendera si pemakainya. Di Thailand tahun yang lalu, dua orang remaja wanita meninggal dunia karena mengenakan fashion braces ini. Kawat yang dipasang secara ilegal ini menyebabkan infeksi thyroid dan berlanjut dengan serangan jantung. Pihak departemen kesehatan Thailand sebetulnya sudah memberikan peringatan akan bahaya pemakaian fashion braces ini seperti sariawan, luka pada bibir dalam, keracunan timbal (dari bahan kawat) dan gangguan syaraf dan tertelannya bagian kawat gigi yang tidak dipasang secara profesional. Namun peringatan yang sudah dilansir lima tahun berselang nampaknya tidak menyurutkan semangat remaja ABG untuk memasang kawat gigi untuk gaya ini.

We just think they’re cute. Nice and cute, kata seorang remaja wanita Thailand. Kegandrungan fashion braces ini selain dipengaruhi oleh para selebriti yang ramai-ramai memamerkan ‘senyum kawat gigi’, juga karena gencarnya pemasaran ‘behel’ tiruan yang bisa dipesan melalui pos dengan harga yang cukup murah. Untuk behel tiruan satu sisi rahang dipatok 24 dollar sedangkan untuk rahang atas dan bawah dibandrol 45 dollar. Ini tentunya jauh dari ‘tarif’ perawatan ortodonsi dari dokter gigi yang berkisar sekitar 1.200 dollar di Thailand. Terlepas dari kecenderungan mode remaja memakai fashion braces pemerintah kiranya perlu mengambil tindakan dan penertiban dari alat kesehatan ini, karena bagaimana pun kesehatan tidak boleh dicampur adukkan dengan fashion.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun