Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah di Balik 'Mabuk Kepayang'

30 Desember 2010   08:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:12 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_80885" align="aligncenter" width="460" caption="biji buah kepayang (ilust travel.spotcoolstuff.com)"][/caption]

Kita sering menggunakan metafora ‘mabuk kepayang’ untuk melukiskan perangai orang yang sedang dimabuk asmara atau bertingkah laku tidak keruan dan meracau. Sebenarnya apa makna dari ‘kepayang’ ini? Ternyata ‘kepayang’ adalah nama tumbuh-tumbuhan yang buah dan bijinya mengandung zat racun hidrogen sianida. Bila dimakan tanpa melalui proses penghilangan zat beracun, tentu saja akan membuat si pelahap akan mabuk berat bahkan kehilangan nyawanya. Istilah ‘kepayang’ lebih sering dipakai dalam bahasa Melayu, sedangkan dalam bahasa Jawa dinamakan kluwek atau kluwak.

Untuk anda penikmat masakan Jawa Timur tentu tidak asing lagi mendengar hidangan rawon. Rawon ini mempunyai citarasa yang khas karena adanya kluwek ini. Tentu saja biji buah kepayang yang beracun ini harus diproses terlebih dahulu, agar dapat dipakai sebagai bumbu masakan rawon. Caranya, biji buah kepayang ini direbus, selanjutnya ditanam dalam abu dan daun pisang selama kurang lebih 40 hari. Setelah diperam selama 40 hari ini, isi biji kluwek ini akan berubah warna dari kekuning-kuningan menjadi hitam. Oleh karenanya, masakan rawon yang menggunakan isi biji kluwek ini juga berwarna hitam, namun dijamin anda tidak akan mabuk kepayang, karena racun yang terkandung sudah dinetralisir dengan sempurna.

[caption id="attachment_80886" align="alignleft" width="300" caption="mistletoe (ilust funfact.com.au)"]

12936982881037370217
12936982881037370217
[/caption]

Ada cukup banyak metafora dalam bahasa kita yang menggunakan nama tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam kalimat berikut ini ‘Terbetik kabar bahwa orang terkaya di negeri ini akan menikah lagi’. ‘Terbetik’ dalam kalimat di atas bermakna ‘tersiar’ dan betik dalam bahasa Melayu bermakna ‘buah pepaya’. Atau kalimat sindiran ini ‘Adiknya itu cuma menjadi benalu di rumah tangganya’. Sebagai kata kiasan ‘benalu’ bermakna ‘orang yang menumpang hidup pada orang lain tanpa mau berusaha sendiri’. Dalam bahasa Inggris benalu disebut dengan mistletoe. Tanaman ini memang digolongkan dalam tumbuhan parasit yang menempel pada dahan pohon lain dan mengisap sari makanan dari pohon tersebut. Namun berbeda di negeri kita yang dipandang sebagai ‘hama tumbuhan’, mistletoe ini di negara Barat dianggap sebagai lambang kekudusan dan simbol hari Natal. Mistletoe ini dirangkai sebagai hiasan Natal dan dipasang di depan pintu. Bahkan ada tradisi kuno, bila ada sepasang pria dan wanita yang bertamu di bawah hiasan (wreath) benalu ini, diwajibkan untuk saling berciuman. Di negeri kita, getah benalu ini dipakai sebagai ’pulut’ untuk menangkap burung yang hinggap di dahan.

Ada pepatah yang mengatakan ’air susu dibalas dengan air tuba’. Tanaman tuba dalam bahasa Inggris dinamakan derris dan masuk dalam golongan tanaman kacang-kacangan. Akar pohon derris ini mengandung zat rotenone yang sangat ampuh sebagai pembunuh serangga (insektisida) dan sebagai racun ikan. Kita juga cukup akrab dengan metafora ’biang keladi’ yang bermakna ’orang yang menjadi dalang suatu perbuatan jahat’. Keladi atau talas dalam bahasa Inggris sering disebut taro. Di Filipina dia dinamakan gabi. Di China talas atau keladi ini merupakan salah satu hidangan lezat dari dim sum (yang bermakna kudapan ringan atau light snack).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun