[caption id="attachment_77037" align="aligncenter" width="493" caption="hydrogen peroxide (ilust webmd.com)"][/caption]
Untuk anda dari generasi kelahiran tahun 60 an ke bawah, dua istilah medis yang sangat populer di zamannya ini, pasti akan membawa kenangan dan nostalgia yang khusus. Di kala itu, obat merah yang juga dinamakan ’mercurochrome’ ini, selalu tersedia di kotak P3K di rumah dan di sekolah untuk mengobati luka-luka ringan. Bahkan ’obat merah’ ini menjadi salah satu bekal medis tentara di daerah pertempuran. Saya teringat penuturan seorang veteran pejuang angkatan 45 yang di tengah desingan peluru, tiba-tiba merasakan ada cairan yang merembes di dadanya. Tatkala dia melirik ke arah dadanya, nampak cairan merah darah membasahi seragamnya. Waduh, aku tertembak, hatinya membatin. Tapi kenapa tidak ada rasa nyeri dan sakit? Rupanya di saat dia merayap dan berguling di medan tempur itu, tutup botol obat merah di dalam sakunya terlepas dan menumpahi bajunya. Ya, ini juga kisah nostalgik humoris yang mungkin tidak ’berbunyi’ untuk generasi masa kini.
’Obat merah’ atau mercurochrome adalah salah satu antiseptik (cairan untuk mematikan kuman) yang ditemukan oleh dokter Hugh Young pada tahun 1919. Meskipun sangat populer, sesungguhnya obat merah ini tidak terlalu efektif sebagai antiseptik dan mempunyai kelemahan yaitu cairan merah yang menempel di wilayah luka ini mengakibatkan ’penyamaran’ apabila terjadi peradangan atau infeksi pada luka tersebut. Dengan kata lain, kalau terjadi terjadi infeksi yang ditandai dengan radang merah di seputar luka, maka dokter tidak akan bisa melihatnya dengan jelas. Dewasa ini ’obat merah’ sudah digantikan oleh antiseptik lain yang lebih baik seperti povidone iodine (betadine) dan sebagainya. Di AS ’obat merah’ ini malahan dilarang oleh FDA (Food and Drug Administration) pada tahun 1998, karena dari nama mercurochrome ditakutkan akan terjadi keracunan merkuri pada pemakainya.
[caption id="attachment_77038" align="aligncenter" width="322" caption="sabun karbol"]
Nostalgia yang masih terbayang dari generasi lama juga pada sabun karbol. Sabun yang mengandung asam karbol (carbolic acid) ini, dahulu kala juga sangat tersohor dipakai di rumah tangga dan di rumah sakit. Warna sabun ini sangat khas yaitu kemerah-merahan (karena pengaruh asam karbol) dan mengeluarkan bau yang khas pula. Ya, ini adalah ’bau rumah sakit’, karena lantai di RS setiap hari akan dipel dengan larutan cairan karbol ini, pun demikian halnya sprei dan kain-kain rumah sakit dicuci dengan larutan karbol ini. Kerugian pemakaian sabun karbol ini dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan teriritasi, namun keuntungannya sabun ini sangat murah ( di zaman dahulu di mana banyak ’orang susah’ tentu sangat bermakna), dan sangat ampuh untuk membersihkan tangan yang terkena oli (greased) atau kotoran yang membandel (embedded dirt), sehingga di zaman itu sabun ini banyak dipakai oleh para montir mobil.
Antiseptik lain yang banyak dipakai dalam dunia medis adalah hydrogen peroxide. Dalam bentuk cairan berkadar 3 %, hidrogen perokside ini dipakai untuk membersihkan luka, untuk debridement (membuang jaringan sel luka yang mati) dan efektif untuk menghentikan perdarahan pada luka-luka ringan. Namun pada penelitian, pemberian hidrogen perokside pada luka, dapat meninggalkan bekas jaringan parut dan sedikit memperlambat penyembuhan luka. Hidrogen perokside 3 % juga bermanfaat untuk menghilangkan noda darah yang menempel di pakaian. Cairan hidrogen perokside 35 % juga dipakai di rumah sakit untuk mensterilkan peralatan medis dan lingkungan RS. Demikian juga peroksid ini dipakai sebagai campuran pada pasta gigi (untuk memutihkan), pada obat jerawat (acne) dan dapat dipakai sebagai emetic (obat perangsang muntah) pada binatang peliharaan (pet) yang tertelan racun tikus misalnya. Sebagai bahan anti-mikroba, peroksid dimasukkan dalam klasifikasi GRAS (generally recognised as safe) atau secara umum diakui sebagai zat yang aman oleh FDA.
Antiseptik selanjutnya yang cukup banyak dipakai di ranah medis adalah kalium permanganat atau seringkali disingkat dengan PK. Di AS dia dikenal dengan nama potassium permanganate atau Condy’s crystals. Dalam bentuk larutan, PK dipakai untuk mengobati luka borok (ulcer), infeksi jamur pada kaki dan tangan. Dahulu kala PK ini dipakai untuk mengobati penyakit kelamin gonorrhea dan sampai sekarang masih dipakai untuk menyembuhkan candidiasis (infeksi jamur Candida). Larutan PK ini juga dimasukkan dalam kolam ikan, untuk mencegah infeksi pada sisik ikan. Karena sifatnya sebagai oksidan yang kuat, PK ini juga dimasukkan pada sumur atau penampungan buangan yang mengandung zat besi dan hidrogen sulfid (yang mengeluarkan bau seperti telur busuk) sehingga dapat menetralisir bau busuk itu. Pemberian kalium permanganat pada pisang yang dikapalkan ke luar negeri, dapat meningkatkan waktu pematangan menjadi dua kali lipat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H