Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dan Teroris Itu Membayar Impas

25 September 2010   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:59 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

[caption id="attachment_268776" align="aligncenter" width="420" caption="'impas' (ilust chriillustration.com)"][/caption]

Kuat sekali kesan bahwa pada saat para teroris memberondong tiga orang polisi Polsek Deli Serdang mereka sedang membayar impas atas kematian tiga orang rekan beberapa hari sebelumnya. Sudah menjadi naluri manusia yang paling primordial untuk membalas perlakuan buruk yang diterimanya dengan ganjaran yang setimpal kepada pelakunya ( perpetrator ). Salah satu kata untuk menggambarkannya adalah ‘impas’ yang diambil dari bahasa Belanda impasse yang bermakna ‘berimbang’.

Dalam wacana bahasa Inggris terdapat banyak ungkapan untuk melukiskan dorongan nafsu manusia untuk ‘membalas kerugian’ ini. Ada ungkapan to get even yang bermakna ‘membalas sehingga kedudukan menjadi berimbang’ seperti pada kalimat He vowed to get even for the insult ( Dia bersumpah akan membalas terhadap penghinaan itu ). Ada pula idiom to get back at yang kurang lebih bermakna sama. Contoh dalam kalimat misalnya She waited for a chance to get back at her accuser (Dia menunggu kesempatan untuk membalas dendam pada si penuduh itu). Ungkapan to get back ini sering disalah-kaprahi bahkan oleh penutur ‘asli’ Inggris dengan makna ‘kembali’ sehingga menimbulkan kelucuan. Memang sesungguhnya ada dua ungkapan yang ‘mirip-mirip’ yaitu to get back at dan to get back to. Kalau to get back at seperti dituliskan diatas bermakna ‘membalas’ maka to get back to bermakna ‘kembali’. Misalnya anda sedang asyik mengobrol dengan seorang teman di berandah dan tiba-tiba ada dering telepon di dalam rumah maka anda boleh berkata I will get back to you yang bermakna ‘saya akan balik lagi setelah menerima telepon’.

Bicara soal ‘pembalasan berimbang’ bahkan ada pemeo yang sangat terkenal an eye for an eye and a tooth for a tooth ( mata dibalas mata dan gigi dibalas gigi ). Istilah ini ada didalam ajaran agama Yahudi yang memang membenarkan pembalasan suatu perbuatan jahat sepadan dengan kerugian yang dialaminya. No wonder (tidak mengherankan) kalau sering kita baca di berita pertikaian Israel Palestina setiap ada serangan roket langsung dibalas pula dengan hujan bom pada lawannya. Ada lagi ungkapan yang hampir sama yaitu ‘give tit for tat’ seperti pada kalimat He answer their insult tit for tat (Dia membalas habis semua penghinaan mereka). Ada banyak sinonim untuk kata ‘pembalasan’ ini seperti retribution, reprisal, requital, redress dan reckoning. Yang perlu dicermati kata retribution ini jangan keliru dimaknai sebagai ‘retribusi’ dalam bahasa kita.

Kata yang juga menarik perhatian saya adalah istilah reckoning yang kalau dalam bahasa Belanda dikatakan rekening (makna harfiahnya ’penghitungan’). Di wacana bahasa Belanda ada kata berekening yang maknanya selain ’membuat kalkulasi’ juga bisa berarti ’membalas dendam’. Bahkan ungkapan ini diserap dalam bahasa Indonesia seperti pada kalimat ’Saya akan membuat perhitungan dengan dia’.

Di dunia olahraga, manusia pun tidak bisa meninggalkan nalurinya untuk membalas kekalahan dalam pertandingan dan berupaya untuk setidak-tidaknya ’seri’. Dalam banyak pertandingan kondisi ’berimbang’ dinamakan a draw atau a tie. Misalnya pada kalimat The soccer game ended in a draw atau The hockey game ended in a tie. Khusus untuk pertandingan catur (chess), apabila pertandingan berakhir ‘berimbang’ maka dia dinamakan in a stalemate. Dalam bahasa Belanda dinamakan remise dan diserap ke bahasa kita menjadi ‘remis’. Karena ‘berimbang’ dalam permainan catur, maka tidak ada pihak yang menang dan pihak yang kalah. Oleh karenanya istilah stalemate ini juga digunakan untuk mengonotasikan situasi ’yang mengalami jalan buntu’ ( deadlock ). Contoh dalam kalimat Talks between union and management resulted in a stalemate (Perundingan antara serikat buruh dan perusahaan berakhir dengan kebuntuan).

Menarik juga mencermati adanya kata nemesis yaitu nama dewi Yunani yang terkenal sebagai ’dewi pembalasan’ ( goddess of retribution and vengeance ). Dalam wacana American English kata nemesis ini dimaknai sebagai ’musuh bebuyutan’ ( a long-standing or persistent rival or enemy ). Ya selama manusia hidup di muka bumi nampaknya tidak mungkin menghapus ‘angkara murka’ dengan kecenderungan to settle the score with (menyamakan skor alias membalas kekalahan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun