Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompasiana, Mohon Izin Posting Karikatur Jokowi

25 Februari 2014   18:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk keempat kalinya, dengan segala kerendahan hati saya mohon izin mem-posting hasil goresan pena karikatur tiga figur Indonesia. Yang pertama adalah Jokowi, yang kedua adalah Akil Mochtar dan ketiga adalah Yusril Mahendra.

[caption id="attachment_313909" align="aligncenter" width="421" caption="Jokowi (dok pribadi)"][/caption]

Menggambar karikatur Jokowi paling sulit bagi saya. Berkali-kali saya mencoba, tetapi berakhir dengan kegagalan karena sama sekali tak mirip. Kesulitan terbesar justru menggambar gigi-geligi Jokowi, kendati saya seorang dokter gigi. Senyum Jokowi ini memiliki kekhasan yaitu menampilkan garis gusi yang tinggi. Bila digambar pada karikatur, gigi-geligi atas dengan gusi yang prominent ini, bisa terkesan sebagai gigi-geligi bawah. Akibatnya memang cukup “fatal”, kemiripan wajah bisa hilang.

[caption id="attachment_313911" align="aligncenter" width="434" caption="Akil Mochtar (dok pribadi)"]

13933027631735168998
13933027631735168998
[/caption]

Bagian wajah mana yang paling sulit digambar dari kacamata saya? Menurut saya, yang paling sukar adalah hidung, karena hidung mempunyai porsi andil kemiripan yang lebih besar dibandingkan dengan mata, mulut dan rambut. “Handicap” lainnya dalam menggambar karikatur ini adalah goresan garis ini tak boleh sedikit pun “kelebihan”. Katakanlah kita sudah berhasil menggambar skets wajah 70-80 persen mirip, namun kita belum terlalu puas. Maka ditambahkanlah beberapa coretan di sekitar pipi, atau di sekitar mulut yang menurut pengamatan kita masih belum pas. Taruhan penambahan garis-garis ini sangat tinggi (the stake is high), karena kemungkinannya (1) wajahnya menjadi lebih mirip atau (2) kemiripannya malah sirna sama sekali. Bila yang terjadi adalah poin (2) maka kita menangis frustasi, karena gambar yang hampir jadi ini akhirnya rusak gara-gara sepotong garis. Ibarat rusak susu sebelanga karena nila setitik.

[caption id="attachment_313912" align="aligncenter" width="418" caption="Yusril Mahendra (dok pribadi)"]

1393302817143858589
1393302817143858589
[/caption]

Menggambar karikatur buat saya “tantangan”nya berat, tapi bila berhasil “ganjaran”nya sangat membahagiakan. Rasanya tak jemu-jemunya karikatur ini saya pandangi, sampai saya sendiri tak percaya bahwa gambar ini adalah karya saya sendiri. Mudah-mudahan ketiga karikatur ini juga memberi kesenangan mata bagi sahabat-sahabat Kompasianers, meskipun saya menyadari sebagai pemula masih banyak kekurangan dan kelemahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun