Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bila Istilah Inggris Lebih Akrab di Lidah Kita

26 Februari 2014   22:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Mencermati wacana lisan maupun tulisan di negeri kita ini ada fenomena yang menarik. Istilah-istilah Indonesia banyak yang tergusur oleh istilah-istilah Inggris. Orang dewasa ini lebih nyaman mengatakan ”dia ’resign’ dari perusahaan” ketimbang ”dia keluar dari perusahaan” atau ”dia ’mengundurkan diri’ dari perusahaan”. Khalayak juga lebih senang mengatakan ”akan ’refund’ akibat pembatalan jadwal kereta api” ketimbang ”akan ’mengajukan pengembalian uang’ akibat pembatalan jadwal kereta api”.

Kita lebih nyaman mengatakan ”meeting” ketimbang ”rapat”, mengatakan "member" ketimbang "anggota" dan bilamana akan menghentikan acara rapat atau diskusi sejenak, kita lebih suka menyebutnya dengan ”break” daripada ”istirahat” atau ”rehat”. Manakala kita ingin menyebarkan informasi kepada sahabat, maka kita akan berkata ”nanti aku ’share’ ke alamatmu” ketimbang ”nanti aku ’bagikan’ ke alamatmu”. Menyebut satuan barang yang akan dibeli kita lebih akrab menyebutnya dengan ”piece” ketimbang dengan ”buah” atau ”biji”.

Orang lebih sering menyebut ”backpack” daripada ”ransel” dan ”saya sedang ’packing’” ketimbang ”saya sedang berkemas”. Cinderamata atau kenang-kenangan sekarang lebih umum disebut dengan ”gift”. Nota tagihan kini lebih galib disebut dengan ”bill”. Penghasilan atau pemasukan lebih sering disebut dengan ”income” dan ruang bawah tanah kita sebut dengan ”basement”. Potongan harga atau rabat kita sebut dengan ”discount” dan harga obral kita sebut dengan ”sales”.

Kepastian akan sesuatu pemesanan sering kita ucapkan dengan ”confirm” atau ”confirmed” dan keprihatinan akan sesuatu kondisi kita ucapkan dengan ”concern”. Ucapan ”selamat” atas keberhasilan lebih sering diucapkan dengan ”congrats”atau ”congratulation’. Rekening bank juga lebih umum disebut dengan ”account”, pelanggan lebih lumrah disebut dengan ”customer”, membayar tunai kita lebih sering ucapkan dengan ”cash”, pernyataan lebih biasa diujarkan dengan ”statement”.

Istilah ”pemilik” (rumah, pabrik dsb) kita sebut dengan ”owner”, bahkan kata ”kantor” mulai tergusur dengan kata ”office”, libur kantor akhir minggu dinyatakan dengan ”weekend”. Dan yang memprihatinkan, sebutan ”makan pagi”, ”makan siang” dan ”makan malam” juga kita ganti dengan sebutan ”breakfast”, ”lunch” dan ”dinner”.

Apakah ini gejala globalisasi yang juga melanda negara-negara Asia lainnya dan tak perlu dicemaskan sebagai ancaman terhadap eksistensi bahasa Indonesia? Walahualam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun