Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menghirup Oksigen Menyebabkan Orang Tewas?

25 April 2014   21:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13984091821812301705

[caption id="attachment_321327" align="aligncenter" width="590" caption="(ilust kompas epaper)"][/caption]

Ada sesuatu yang menarik perhatian pada berita bertajuk “3 Orang Tewas di Bak Penampungan” pada harian Kompas hari ini (25 April 2014). Dikisahkan tiga orang yang memasuki bak penampungan minuman keras cap tikus di kawasan Minahasa Selatan, dan terpapar oleh gas beracun di situ sehingga akhirnya tewas. Inilah dua kutipan pada paragraf berbeda yang menarik tersebut: (1) “Kepala Kepolisian Resor Minahasa Selatan Ajun Komisaris Besar Iis Krisnanto, kepada wartawan, Kamis, mengatakan, kematian tiga warga Motoling itu akibat keracunan udara dari bak penampungan. “Zat asam dari bak itu sempat membuat para korban pingsan, kemudian meninggal,” katanya” dan (2) “Usdeky Pontoh, saksi mata, menceritakan kepada polisi, ia melihat Jolly turun ke dalam bak penampungan untuk membersihkan bak. Namun, Jolly langsung tergeletak di lantai di dalam bak kering. Melihat hal itu, Denny mencoba menolong Jolly. Namun dia pun langsung jatuh saat menghirup zat asam di dalam bak.”

Apakah yang ganjil dalam pemakaian istilah “zat asam” di dalam pemberitaan tersebut? Tak lain karena istilah “zat asam” sesungguhnya bermakna “oksigen”. “Zat asam” adalah penerjemahan dari istilah bahasa Belanda “zuurstof” (zuur = asam, stof = zat) yang merujuk kepada “oksigen”. Istilah zuurstof ini sampai sekarang masih dipakai oleh orang Belanda, sementara istilah “zat asam” sudah sangat jarang dipakai oleh kita dan diganti dengan istilah “oksigen”. Jadi kembali kepada kutipan berita di atas, tentunya sangat mengherankan kalau disebutkan “ada orang yang tewas karena menghirup oksigen”.

Di masa saya masih duduk di bangku SD, ada sejumlah nama zat yang merupakan terjemahan langsung dari istilah Belanda. Selain istilah “zat asam” yang diambil dari kata zuurstof, juga ada istilah “zat air” dari istilah Belanda “waterstof” (water = air, stof = zat) yang kini kita sebut dengan “hidrogen”. Juga ada istilah “zat putih telur” dari istilah Belanda “eiwit” (ei = telur, wit = putih) yang masa kini lebih populer kita sebut dengan “protein”. Lantas ada juga “zat asam arang” dari kata Belanda “koolzuur” (kool = arang, zuur = asam) yang kini kita lebih lazim menyebutnya dengan “karbon dioksida” (gas CO2).

Dahulu kala, istilah “karbohydrat” disebut dengan “zat hidrat arang” yang merupakan pengalihan bahasa dari bahasa Belanda “koolhydraat” (kool = arang, hydraat = hidrat) dan “nitrogen” disebut dengan “zat lemas” yang merupakan pengalihan bahasa istilah Belanda “stikstof” (stikken = suffocate/lemas karena tercekik, stof = zat). Di tempo dulu, saya masih ingat belajar di sekolah “udara terdiri dari 21 persen zat asam dan 79 persen zat lemas”.

Zaman telah berubah, dan istilah-istilah lama tersebut berubah menjadi usang (obsolete). Kita sekarang secara aklamasi menggunakan istilah “oksigen, hidrogen, protein, karbohidrat, karbon dioksida” dan sudah melupakan istilah “zat asam, zat air, zat putih telur, zat hidrat arang, zat asam arang”. Namun hal ini tidak berarti kita boleh mengubah definisi dari kata-kata usang tadi. Seperti pada berita tiga orang meninggal karena keracunan gas tersebut, kemungkinan mereka terpapar oleh gas dari asam (acid) miras, namun tentunya tak boleh kita menyebutnya dengan “zat asam” karena pada kamus “zat asam” masih tetap bermakna “oksigen”. Kemungkinan lain tewasnya tiga orang dalam bak penampungan miras karena paparan gas carbon dioksida. Kalau demikian halnya, wartawan bisa menyebutnya dengan “zat asam arang”. Memang sungguh menarik banyak istilah “lama” yang dicoba dihidupkan kembali oleh para kuli tinta ini, namun yang harus dicamkan “janganlah makna istilah ini dibelokkan atau diselewengkan”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun