Terus terang saya sering merasa dongkol, apabila mendengar orang Indonesia yang melafalkan istilah Inggris dengan cara yang salah. Mbok ya, kalau sudah kepalang menggunakan istilah bahasa Inggris, pengucapannya dibuat yang benar. Masalah pronunciation (pelafalan) ini mungkin jarang dibahas di artikel Kompasiana, karena agak “ribet” menguraikan vokalisasi (yang keliru dan yang benar) dalam bentuk tulisan. Kalau kita mengartikulasikan istilah Inggris dengan “medok” (with an accent) ya tak apa-apa, tapi yang penting pelafalannya harus benar.
Ada berapa banyak istilah Inggris yang sering salah pelafalan pada lidah orang Indonesia? Saya belum sempat “mendata”, namun paling tidak ada dua istilah Inggris yang saya amati paling menonjol salah dilafalkan (mispronounced) oleh sebagian besar orang. Istilah yang pertama adalah “copy-paste”. Setiap kali istilah ini disebut, saya selalu mendengarnya dengan pengucapan [ko-pi-pas-te]. Padahal yang benar, pelafalannya adalah [ko-pi-peist]. Jangan-jangan salah ucap ini disebabkan karena kita tak memahami makna dari “paste” dan latar belakang timbulnya istilah ini. “Paste” berarti “dilekatkan/dilem”. Dulu sebelum ada teknologi komputer, kalau kita ingin membuat kliping dari koran, maka artikel tersebut kita gunting (cut), kemudian kita tempelkan (paste) pada buku. Makanya dulu ada istilah “cut and paste”. Sekarang, karena kemajuan teknologi komputer, cara kliping tradisional ini tak perlu lagi dilakukan, karena kita tinggal “mengkopi dan memindahkan” secara digital, dan istilah lama cut and paste masih kita adopsi menjadi copy and paste. Sebahagian orang (Indonesia) membuatnya menjadi akronim “copas” dan dilafalkan dengan [ko-pas]. Menurut hemat saya, lafal ini juga keliru, karena kata paste tak pernah dilafalkan dengan suara “a” dan mutlak harus diucapkan dengan suara “ei”.
Istilah Inggris lain yang sudah cukup memasyarakat dalam wacana kita tetapi juga selalu salah diucapkan adalah “barcode”. Kalau kita akan membayar belanjaan di kasir supermarket, maka si kasir adalah melewatkan barang belanjaan yang ada simbol barcode pada kemasannya pada “pembaca” barcode dan harga benda ini langsung tertera pada layar monitor. Saya amati lidah orang kita selalu menyebutnya dengan [bar-ko-de]. Padahal sesungguhnya pelafalan (pronunciation) yang benar adalah [bar-koud]. Mengapa dinamakan barcode? Karena ini adalah kode (code) yang bergambarkan jajaran garis-garis vertikal tipis dan tebal yang mirip jeruji penjara (bar). Karena kata code ini berasal dari bahasa Inggris, maka mutlak harus diucapkan dengan [koud], bukan [ko-de] seperti pelafalan dalam bahasa Belanda.
Menarik sekali, beberapa waktu yang silam, pada saat memirsa debat calon presiden dan wakil presiden putaran ke 5 yang dimoderasi oleh Prof Sudharto P. Hadi, PhD, saya menemukan suatu pelafalan Inggris yang keseleo lidah. Ini justru diucapkan oleh moderator (yang notabene adalah seorang profesor) pada akhir dari perdebatan untuk memberi kesempatan kepada Prabowo dan Jokowi menyampaikan “statement penutup”. Yang membuat saya terkesima, ternyata saat mengucapkan kata statement, beliau melafalkannya dengan [stei-te-men]. Padahal, sepertinya sebagian besar dari kita sudah mafhum bahwa pelafalan yang benar adalah [steit-men]. Ya, biarpun rada “getun” ada seorang profesor yang membuat blunder pelafalan, saya coba memberikan excuse dengan menyitir kata-kata Nowela yang berkilah “kita semua manusia, bisa salah, bapak”. Iya deh, saya manggut-manggut saja kalau didebat oleh kaum Hawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H