Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ada Kata "Sinergitas" pada Acara Pelantikan Jokowi

21 Oktober 2014   20:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:14 6489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14141151101817110662

Judul tulisan ini sebelumnya akan saya buat dengan “Kelatahan Memakai Akhiran –itas”, namun kemarin pada acara pelantikan Jokowi sebagai presiden, kebetulan saya mendengar kata “sinergitas” yang diucapkan oleh Ketua MPR, Zulkifli Hasan pada pidato pembukaan sidang. Oleh karenanya, judul tulisan ini saya ganti. Apa yang salah dengan kata “sinergitas” ini? Secara sepintas kita bisa menebak bahwa kata ini adalah bentukan dari “sinergi” ditambah akhiran “-itas”. Akhiran “-itas” itu sendiri adalah bentuk kaidah penyerapan dari kata asing yang berakhiran dengan “-ity” (Inggris) atau “-iteit” (Belanda). Jadi kesimpulannya, semua kata Indonesia yang berakhiran dengan “-itas” pasti adalah serapan dari bahasa asing. “Community” menjadi “komunitas”, “creativity” menjadi “kreativitas”, “formaliteit” menjadi “formalitas”, “loyaliteit” menjadi “loyalitas” (bahasa Inggris: loyalty).

Maka sampailah kita pada pertanyaan, apakah ada istilah “synergity” (bahasa Inggris) atau “synergiteit” (bahasa Belanda) yang mendasari kata “sinergitas” di atas? Ternyata sama sekali tak ada. Yang ada adalah “synergy” (Inggris) atau “synergie” (Belanda). Penelusuran pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga tak ditemukan lema “sinergitas” dan yang ada hanya “sinergi”. Inilah yang ingin saya katakan, kita sangat latah, semua kata mentang-mentang diberi embel-embel “-itas”. Ada satu kata dengan akhiran “-itas” yang sudah telanjur salah kaprah sehingga tak mungkin diluruskan lagi yaitu kata “rutinitas”. Kalau kita teliti pada kamus Inggris atau Belanda, tak sedikit pun dijumpai kata “routinity” atau pun “routiniteit”. Yang ada adalah “routine” baik sebagai kata benda maupun sebagai kata sifat.

[caption id="attachment_349573" align="aligncenter" width="618" caption="(ilust kompas cetak)"][/caption]

Beberapa hari yang lalu, di harian Kompas, saya jumpai pula kata berakhiran “-itas” yang diselingkuh yaitu kata “higienitas”. Idem dengan penelusuran seperti di atas, kita tak pernah menjumpai kata “hygienity” atau “hygieniteit”. Yang ada adalah “hygiene” (Inggris) atau “hygiëne (Belanda). Pada KBBI juga tak ada lema “higienitas” dan hanya ada “higiene” yang diberi definisi “ilmu tentang kesehatan dan berbagai usahauntuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan”. Jadi semakin kukuh tengara (sinyalemen) saya, bahwa kita sudah latah semua kata dihantam kromo dengan diberi akhiran “-itas” ini. Satu kata lagi yang menurut hemat saya juga serong adalah pemakaian kata “profesionalitas” yang dewasa ini banyak diwacanakan orang. Saya katakan serong, karena dalam bahasa Inggris juga tak ada “professionality” dan yang ada adalah “professionalism”. Kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “profesionalisme” dan sepanjang ingatan saya istilah inilah yang dari dulu kita pakai. Tapi entah, dapat wangsit atau mimpi apa, sekarang khalayak ramai-ramai menggunakan istilah yang rancu “profesionalitas”.

Saya menulis ini untuk kita jadikan perenungan apakah deviasi ini perlu diluruskan ataukah kita biarkan saja dengan dalih kata-kata itu sudah populer di wacana publik. Pendapat dan saran Anda tentu akan diterima dengan senang hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun