Terakhir kali saya ke Singapore adalah 15 tahun lalu. Dahulu, Singapore tidak ada apa-apanya, Sentosa Island-nya terlihat usang, dan Orchard Road tidak lebih bagus dari Jl. Sudirman - Jakarta. Sekarang, Singapore sudah berubah sangat jauh maju ke depan. Bahkan Discovery Channel saja sampai membuat program 30 menit sebanyak 5 seri hanya untuk membahas perkembangan Singapore. Berbekal rasa penasaran dan janji pada diri sendiri untuk mulai travelling sebelum terlalu tua dan lemah untuk jalan kaki, maka saya beserta suami akhirnya nekad pergi kesana dengan budget seadanya. Tiket, jelas pakai AirAsia (booking 3 bulan sebelum keberangkatan, sekalian nungguin promo). Dua orang PP hanya Rp.1.514.000, termasuk Pick-A-Seat dan Bagasi 15Kg untuk satu orang saja. Hotel? Saya pesan dari Agoda.com. Pilihan saya jatuh pada Hotel 81 Dickson - Little India, setelah membaca puluhan review dari Tripadvisor. Tadinya saya pikir mau coba cari apartemen harian saja, tapi kok ternyata harganya tidak jauh beda dengan jaringan hotel budget macam Fragrance atau 81. Hotel 81 Dickon memiliki tarif Rp. 600.000/malam (include tax, tidak ada breakfast). Sisa budget yang ada ya buat uang saku saja. Kami hanya bawa SGD 327 kemarin. Cukup untuk transport 3 hari, makan 4-5 kali, tiket Universal Studio 2 orang, masuk Mint Museum of Toys, dan beli oleh2 coklat di Cocoa Tree - Changi Airport. Sebulan sebelum pergi ke Singapore, saya mulai sibuk mencari info tentang tempat2 wisata di Singapore. Berhubung kami tidak pakai agen travel, maka titik-titik wisata harus direncanakan dengan baik supaya tidak sempat bengong atau nyasar. Setelah tahu mau pergi kemana saja, saya print semua peta lokasi-nya. Andalan saya adalah streetdirectory.com. DAY1. Changi, Hotel, Orchard. Hal pertama yang saya temukan di Changi adalah keteraturan mereka. Proses imigrasi tidak ada masalah. Ambil bagasi cepat. Dan ... petunjuk jalan ada dimana-mana (jadi agak keterlaluan kalau sampai ada orang yang nyasar di bandara). Peta Singapore n Places of Interest-nya juga bisa ditemukan juga di bandara. Sebelum keluar dari Changi, kami membeli 2 kartu EZLink. Walau harus bayar SGD5 untuk setiap kartunya (non refundable), tapi EZ Link membuat hidup jadi lebih mudah, kami tidak perlu beli tiket di setiap stasiun MRT dan tidak perlu menyiapkan recehan untuk bis. Lagipula kartunya berlaku sampai 6 tahun, jadi kalau lain kali kami kembali lagi ke Singapore, tinggal di top-up saja. Dari bandara, ada MRT langsung ke deket Hotel 81 Dickson (jarak 10 menit jalan). Ternyata hotelnya memang memuaskan. Bersih! Ada TV kabel, LCD TV, coffe/tea maker, kamar mandi bersih, air panas (yang kalau dipakai mandi kelamaan akan berubah jadi dingin), dan tentunya AC super dingin yang tidak bisa diturunkan suhunya. Setelah drop koper di hotel, kami langsung ngacir ke Orchard Road naik bus dari halte dekat hotel. Tak lama setelah turun di Orchard, hujan turun, deras pula. Jadilah jalan2 di hari pertama kami dihabiskan di bawah hujan (untung bawa payung). Tidak benar-benar masuk dari mal ke mal, karena isinya mirip2 mal Jakarta (kalo soal mal ... Jakarta ga kalah bagus kok). Kami hanya mampir di Daiso, sambil menikmati jalanan dan suasan Singpore (yang pengemudi mobilnya agak kurang ajar ... saya sempet dicipratin aer comberan sama mereka). Soal disiplin di jalan raya, ternyata orang Singpore tidak setertib yang digosipkan. Banyak yang suka menerobos lampu merah, baik penyebrang jalan atau mobil-nya. Day 1 ini kita makan di Wendy's Orchard. No choice, karena kami sudah terlalu lapar, keluar deh SGD18, padahal budget kami sekali makan harusnya hanya SGD10 untuk 2 orang. DAY 2. Universal Studio Singapore (USS). Bangun pagi, dari jam 9 sudah keluar hotel. Makan pagi hanya pakai Energen cereal yang dibawa dari Jakarta. Naik MRT Little India to HarbourFront, sambung Sentosa Express dari Vivo City (yang ternyata tiketnya bisa pake EZ Link juga), turun di stasiun WaterFront. Saya pikir USS bakal sepi di hari biasa (hari Kamis), ternyata ... rameeee. Tapi tidak sampai berdesakan dan bikin tidak nyaman sih, antrean wahana pun cukup manusiawi. Harga tiketnya SGD62 /orang. Well, secara keseluruhan, USS bagus untuk foto2. Untuk wahana2nya sendiri, mirip Dufan-Ancol lah. Yang unik paling hanya 'Light Camera Action' yang berisi adegan kapal menabrak gudang sewaktu ada badai. Keren juga. Sayangnya, kami dapat tempat di row 3, kalau dapet di row1 pasti lebih seru. Kesalahan terbesar kami adalah karena setelah melihat special effect, kami me$milih naik rollercoaster Battlestar Galactica. Why? Turun dari rollercoaster, kami langsung mual, pusing, pucet hehehe (maklum belum makan). Ga kapok, setelahnya kita malah langsung naik rollercoaster kedua di 'The Mummy'. Karena masih agak pusing, akhirnya saya kebanyakan hanya bisa merem, padahal The Mummy sebenarnya keren special effect-nya. Darisana ... tadinya mau ngantri 'Jurassic Park', tapi suami saya telanjur panik ketika melihat ada loker lagi disana (ada loker, berarti ada rollercoaster), jadi kita lewatkan saja wahana itu. Dua jenis rollercoaster sepertinya sudah cukup membuat kami kenyang dengan asam lambung kami. Maka kami memilih untuk nonton wahana 4D - Shrek yang lebih 'bersahabat' untuk orang yang seudah sedikit berumur seperti kami. Film 3D-nya bagus, tidak membuat mata jereng. Very eye-friendly. Karena perut sudah teriak-teriak, akhirnya kami pun makan pizza a la New York yang ukurannya super besar dan berkulit tipis. Puas deh, walaupun tentunya lagi2 kita overbudget ... kami menghabiskan sekitar SGD 28 disini. Setelah itu, kami nonton Rocky Horror Show yang menyerupai broadway musical sederhana, penuh dengan nyanyian dan tarian. Tidak ketinggalan, lagu Nobody - Wondergirls juga masuk dalam song list-nya. Setelah itu, kami ke area Waterworld, live show yang full action n special effect. Catatan khusus saja : ada kemungkinan kita bisa basah kuyup disini, bukan karena kecipratan air, tapi karena disiram dengan sengaja oleh host acaranya. Sisanya, kami menghabiskan waktu di USS dengan cuci mata di suvenir shop, beli permen unik yang memiliki motif buah anggur di bagian tengahnya, tentunya banyak-banyak foto, dan terakhir kami sempat melihat aksi B-boy sebelum hengkang dari USS. Dari USS, kami mampir ke Chinatown untuk cari makan. Dan tebak berapa harga satu porsi nasi lemak disana? SGD2!!! Murah banget! Sampai di hotel, kami sungguh merasa pegal. Kaki serasa mau patah. Habis mandi, kami langsung tidur dengan sukses. DAY3. Mint Museum of Toys, Esplanade, Marina Bay. Pagi-pagi pergi ke Brass Basah Complex yang ternyata belum buka. Katanya sih disana pusatnya buku bekas. Daripada bengong, akhirnya kami memilih untuk menyebrang jalan ke Mint - Museum of Toys. Museum itu memiliki koleksi ribuah mainan yang ditata dengan apik di balik rak kaca. Tiket masuknya SGD15 per orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H