Dalam beberapa dekade terakhir, demokrasi telah menjadi fondasi bagi banyak negara untuk membangun sistem pemerintahan yang adil dan inklusif. Namun, saat ini, kita menyaksikan semakin melemahnya nilai-nilai demokrasi. Fanatisme masyarakat dalam mendukung salah satu paslon sangat berlebihan, kepentingan individualisme mengakibatkan perseteruan antar pihak. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah masih pantas demokrasi di tukar oleh nyawa? Artikel ini berusaha menggali akar permasalahan yang melukai demokrasi serta menjawab pertanyaan yang mengusik: adakah harapan untuk menghidupkan kembali idealisme demokrasi yang sejati?
Ketakutan masyarakat madura mulai terjadi dengan mirisnya demokrasi saat ini, kajadian yang berada di ketapang laok, kab. Sampang, membuat 1 orang menjadi korban, penyebab terjadinya paeristiwa tersebut bermula pada saat salah satu warga pendung  paslon 02 masuk di kawasan pendukung paslon 01 yang mengakibatkan adanya perselisihan antar pendukung paslon
demokrasi saat ini menghadapi tantangan serius yang ditandai dengan fanatisme berlebihan, individualisme, dan konflik antar kelompok pendukung. Situasi ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah demokrasi masih relevan jika harus mengorbankan nyawa.Â
Kejadian di Madura, khususnya di Kabupaten Sampang, menjadi contoh nyata di mana konflik politik berujung pada kekerasan. Kesimpulannya, diperlukan upaya untuk mengembalikan esensi demokrasi yang adil, inklusif, dan menempatkan kepentingan bersama di atas perpecahan demi menjaga harapan bagi demokrasi sejati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI