Mohon tunggu...
A Guss
A Guss Mohon Tunggu... -

Hanya mahluk yang mencoba merangkai kata, menjalin kalimat hingga paragraf dan menuliskannya agar apa yang pernah terlintas dalam pikiran terekam dan dapat dibaca ulang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jelaga

27 Maret 2012   16:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:23 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

hitam mengiris senja dalam ketidakpastian, semu diantara banyak peluang
setiap dugaan terpatahkan setiap ramalan ternisbikan
hingga hanya kata yang tersisa diantara puing itu
tak membangun kecuali meruntuhkan
sebuah titik dari permulaan melompat ke jurang yang paling dalam di ribuan prasangka
siapa saja menjadi bisu, buta dan pekak pada kebenaran
mengurus segala janji, membungkusnya sempurna dan membuangnya jauh-jauh

hitam saja
pilihan itu mudah dan nyaman setidaknya untuk satu detik kedepan
jalan yang panjang terlihat dekat dan mudah dilintasi
tidak perlu langkah cepat segera dan segala upaya lara duka
diam saja, biarkan semua membayang dalam gelap dan terperangkap

nikmati kepekatannya
kecap manisnya dan biarkan pahit hidup terlupakan
sisakan satu nafas untuk buaian perayu nafsu yang lebih menggiurkan
lalu tidurlah dalam pelukan mimpi murahan
tunggu ajal menjemput

saatnya telah sampai juga
detik berhenti hingga di peristirahatan waktu
terasakan penyesalan sedikit dan mulai membukit
bertumpuk menjadi beban berat yang makin tak terangkat
ketika nyawa di renggut dalam tarikan kasar besi bergerigi
menyayat daging dan urat-urat tak tertanggungkan
kedasyatan perpisahan dan mulailah kisah panjang yang tak terperikan

kegelapan memasung
gelap bertumpuk-tumpuk yang lebih gelap dan pekat
tanah gemertak yang menghimpit meremukkan tulang
dan segala siksaan menyambut penjara  penantian
semua sakit seribu sakit bermula dan tak tahu kapan berakhir

panjang dan lama putaran waktu alam lain
menunggu dan menunggu
tersiksa dan terus tersiksa

-------
Repost dari guss.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun