Mohon tunggu...
Agus Rodani
Agus Rodani Mohon Tunggu... Operator - Seorang ASN Yang Selalu Antusias Untuk Berubah Lebih Baik

sebagai Kontributor menulis Opini pada Surat Kabar Harian Pontianak Post, Penulis Artikel terproduktif pada Website DJKN dan penulisan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menjadi Orang yang Bermanfaat, Bukan Menjadi Beban Masyarakat

21 Maret 2023   10:30 Diperbarui: 21 Maret 2023   10:32 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Seperti biasanya, di hari Sabtu kemarin, aku melakukan jogging pagi mulai pukul enam pagi lewat sedikit.  Kadang aku berjalan, kadang berlari-lari kecil. Maklumlah usiaku sudah tidak muda lagi, sudah lima puluh tahun jalan. Walaupun aku rutin meminum kapsul suplemen cairan lutut, tetap saja kalo untuk berlari tidak bisa semantap dulu. Kadang bunyi gesekan tulang di sendi lutut yang membuat aku sedikit ngilu. Tapi itu tidak berpengaruh dan tidak menyurutkan aku untuk berjogging.

Aku menelusuri jalan di sekitaran komplek rumah kontrakanku hingga ke Jalan raya. Istriku di hari Sabtu sibuk rutin mengantar kue buatannya untuk dititipkan di toko kue. Setelah itu, mengantar anak-anak berlatih Taekwondo di sekolah mereka. Selama berjogging, ku arahkan pangdanganku ke kiri dan kekanan jalan. Sesekali menyapa tetangga yang beraktivitas di depan rumahnya. Ada yang mencuci kendaraan, ada yang bermain badminton dengan anak-anaknya, ada yang berjemur pakaian, ada yang membereskan tanaman bunganya dan lainnya. Alhamdulillah dari raut wajah mereka terlihat sehat dan bahagia. Senyum terbaikku tak lupa kulepaskan buat mereka.

Tak terasa aku sudah menempuh jarak jogging hampir lima kilometer. Dan kantin tempat biasa aku beristirahat sudah dekat. Seperti biasa aku memasuki kantin untuk melepas lelah dan bersantap untuk  mengganti kalori yang terbakar. Tak lupa memesan sarapan bubur daging dan sebotol air mineral serta mengambil beberapa cemilan di rak jajanan. Tidak bisa dipungkiri, perutku tak bisa lama menahan lapar.

Sambil menikmati santapan pagiku, aku melihat sekeliling suasana kantin. Meja dan kursi hampir terisi penuh dengan kostumer. Kebanyakan dari mereka membawa keluarga untuk bersantap. Sesekali mereka bercengkrama menikmati suasana indah penuh kehangatan.

Saat menikmati bubur dagingku, datanglah seorang ibu menawarkan dagangannya dengan senyum termanisnya. Sapaanya begitu tulus dan ramah. "Nak beli jajanan Oma ya", sapanya dengan mimik wajah keibuannya. "Harganya berapa Oma satu plastiknya?"tanyaku. "Lima beras ribu saja nak", jawabnya. Segera kuambil dompetku di saku celana belakang, lalu mengambil selembaran duit lima puluh ribuan dan kusodorkan ke Oma. "Ini Oma saya beli satu saja, kembaliannya buat Oma", kataku."Terima kasih ya nak", jawab Oma sambil tangannya bergegas mengambil plastik kresek putih kecil dan memasukan jajanan yang ku beli dan menyampaikan kepadaku.

Oma pun berlalu dari hadapanku sambil tersenyum. Kembali Oma menawarkan dagangannya yang merupakan titipan temannya kepada pengunjung kantin lainnya. Alhamdulillah ada beberapa yang membeli jajanan Oma. Di antaranya ada yang menawarkan sarapan tetapi Oma menolak karena tidak lapar.

Dalam hati sanubariku sangat terkesan dan salut dengan orang tua seperti Oma. Orang tua yang mandiri yang tidak bergantung hidup kepada anak-anaknya. Di usianya seperti itu,  seharusnya menikmati masa tua bercanda dengan cucu-cucunya. Namun dikarenakan kehidupan keluarga anak-anaknya  pas-pasan, maka Oma harus mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika ada kelebihan, Oma bisa memberi uang jajan atau membeli mainan buat cucu-cucunya.

Aku berdoa semoga Oma selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan agar bisa terus berdagang memenuhi kehidupannya. Sekilas aku teringat almarhumah ibuku yang telah pulang tiga tahun yang lalu yang sangat aku sayang dan tempat  aku meminta doanya. Oma telah menginspirasiku untuk tetap menjaga kebugaran fisik dan jiwaku. Agar di masa tua nanti tetap bisa mandiri dan bermanfaat bagi orang banyak.

Begiku sekarang adalah bekerja sebagai ASN dengan penuh semangat dan dedikasi. Selalu memberikan yang terbaik buat negara sambil membuat rencana-rencana besar ketika pensiun nanti. Dalam bekerja aku senantiasa meningkatkan pengetahuan dan skill untuk mendukung kualitas hasil kerja. Kebetulan kantorku banyak kegiatan sosialisasi dan publikasi. Hal tersebeut membutuhkan keahlian untuk membuat konten terkait tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kantor yang di harus dimuat di media cetak, media elektronik maupun media sosial. Dibutuhkan keahlian untuk menguasai aplikasi pembuatan flyer, video editor, drawing editor dan aplikasi lainnya. Keahlian-keahlian tersebut menjadi modal untuk membuka usaha percetakan ataupun yang lainnya ketika aku pensiun selain kegemaranku lainnya mencoba resep makanan dan minuman.

Demikian tulisanku kali ini, semoga bisa bermanfaat dan menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun