Berbicara masalah pemuda, ia adalah hal yang selalu menarik untuk dibahas, sebab pemuda telah mewarnai lika-liku perjalanan sejarah. Bicara pemuda adalah bicara tentang masa depan, sebab merekalah yang menjadi pemimpin masa depan suatu bangsa, merekalah yang menjadi potret kondisi sebuah bangsa, merekalah yang menjadi harapan dimana masa depan bangsa dibebankan ke punggung mereka, dimana tanggung jawab ke depannya akan sepenuhnya diamanatkan ke tangan mereka. Tak dapat dipungkiri, ia telah menoreh catatan sejarah dengan tinta emas sepanjang peradaban manusia. Namun yang menjadi ironi, semakin lama, eksistensi pemuda tenggelam seiring berjalannya zaman.
Peran dan eksistensi pemuda tak dapat dielakkan lagi, ia menjadi sumber daya manusia paling strategis yang sangat ideal sebagai motor dari sebuah misi, maka semua pihak selalu berebut mendapatkannya. Sebab jika diibaratkan kehidupan manusia seperti grafik yang naik kemudian turun, pemuda ada di puncak grafik tersebut, ketika muda, seluruh potensi baik fisik maupun mental sedang mengalami perkembangan yang luar biasa. Jika perjalanan hidup manusia diibaratkan pergantian siang dan malam, maka pemuda ada di siang hari ketika terik begitu menyengat, penuh semangat. Maka tak heran, pemuda telah terbukti mampu memecah kebekuan dan kebuntuan sepanjang sejarah manusia.
28 Oktober, hari dimana peran pemuda direfleksikan kembali, bahwa bangsa ini juga digerakkan dengan dinamis oleh generasi muda. 28 Oktober bukan sekedar ketika sumpah dilantunkan, toh jika ditanya kepada generasi muda, tak sedikit yang salah bahkan tidak hafal sama sekali terhadap “teks” sumpah tersebut. Ia buka sekedar tentang “teks” sumpah, namun ada esensi lain yang begitu penting yang harus dipahami oleh setiap generasi muda yang katanya adalah agent of change.
Sumpah Pemuda, adalah tentang pemuda yang memiliki keyakinan dan kedalaman pemahaman, sadar dan memahami akan jati diri mereka, mereka paham apa visi mereka untuk bangsanya. Mereka sadar akan potensinya, sehingga tak pernah ada kata menunggu untuk bergerak, mereka tak menyalahkan siapapun, mereka tahu apa yang harus dicapai dari perjuangannya, hanya aksi nyata yang menjadi jawabannya. Dan kini, pemuda telah kehilangan semua itu, pemuda telah mengalami krisis identitas, tak kenal akan jati dirinya dan tujuannya, tertipu oleh fatamorgana dunia.
Sumpah Pemuda, adalah juga tentang keteguhan hati dan kebulatan tekad, bahwa visi besar, tak dapat diraih tanpa persatuan, tanpa ikatan yang kuat atas setiap komponennya. Sehingga tiada kemenangan tanpa kekuatan, tiada kekuatan tanpa persatuan, keteguhan hati untuk membela dan menjunjung tinggi persatuan inilah yang membuat kemenagan itu semakin nyata. Dan lagi-lagi kini, keteguhan hati itu seakan pudar, pemuda sibuk terombang ambing dalam euforia yang memabukkan tanpa sedikitpun prinsip dan keteguhan tentang apa yang harus mereka perjuangkan.
Sumpah Pemuda, juga tentang semangat, semangat untuk kebangkitan. Pemuda telah memberikan inspirasi kebangkitan dengan semangatnya laksana api yang berkobar. Ketika kekuatan diri dan bangsa mulai meredup, tiada yang lain selain semangat seterik mentari yang mampu membangkitkannya. Namun kini, semangat itupun kini telah redup dalam diri pemuda, mereka kini asyik terbuai dalam keterpurukan tanpa sedikitpun gairah untuk bangkit.
Sumpah Pemuda, ialah pun tentang pemuda yang senantiasa bersifat deklaratif nan proklamatif, tak malu untuk berteriak lantang kepada dunia, bahwa ia siap berdiri di garda terdepan untuk menyongsong perubahan, deklaratif untuk meneriakkan kebenaran dan menyadarkan tiap-tiap telinga yang mendengar untuk bangkit dari keterpurukan, tak ragu untuk mengikrarkan janji-janji kemenangan. Tapi kini pemuda malah bersembunyi di balik keterpurukan, berlindung di bawah ketiak kemalasan, dunia tak lagi mendengar teriakan lantangnya, ia terdiam diantara rasa acuhnya.
Sejatinya, pemuda adalah tonggak pembangunan bangsa.Mengapa?. Karena konstruk paradigma mereka mengenai realitas sangatlah atentif dan terbuka pada perubahan. Di Indonesia sendiri, banyak fakta historis yang mengindikasikan bahwa pemuda adalah tulang punggung kebangkitan. Hari kebangkitan nasional, peringatan sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan, reformasi 1998 adalah contoh konkretnya. Menarik untuk ditunggu, aksi-aksi heroistik apalagi yang akan dilakukan oleh para pemuda kedepannya. Itu salah !. Bukan ditunggu. tapi mari Kita sambut.
Sekali waktu, bung Karno berkata “ Aku mengirim kalian (pemuda) ke berbagai pelosok dunia untuk belajar, agar kelak kalian kembali dan memajukan Negara ini “. Kapan pemuda itu kembali ?. Kapan pemuda itu memajukan Negara ini ?. Itu tugas Kita kawan !. Tugas para pemuda. Amanah dari pemuda generasi sebelumnya. Yang mungkin sudah tua atau tengah berharap di alam sana. Perubahan itu harus. Yang jadi tantangan Kita sekarang adalah bagaimana agar Kita dapat melakukan perubahan yang cepat atau mempercepat perubahan.
Manusia akan berubah jika pengetahuannya bertambah. Kita perlu merubah kebiasaan buruk. Seperti, meneriakkan perubahan, padahal diri Kita sendiri enggan untuk diubah. Begitupun dengan keadilan. Kita berkoar-koar untuk tegaknya keadilan. Sementara Kita tidak siap diadili. Dalam arti kata, kita kurang bertanggung jawab. Hargailah keberhasilan-keberhasilan kecil, Apresiasi diri(Self Esteem). Diperlukan pula otokritik dan sebaiknya jangan terlalu banyak mengkritik. Jadilah Pemuda cerdas dan bijaksana, dengan begitu orang-orang besar tentunya antusias untuk merekrut dan memperebutkan Kita. Setiap dari Kita mempunyai keahlian masing-masing. Carilah keahlian tersebut dan berlombalah dalam memberi manfaat baik dari keahlian tersebut. Mulai dari diri sendiri, hal-hal kecil dan dari sekarang. Kita sudah bersumpah. Mari Kita Implementasikan !.
Ironi dahulu dan kini tak cukupkah menggelitik hati para pemuda?, dunia yang merindukan kembali kehadirannya, bangsa yang menanti aksi nyatanya, pemuda kini sedang diteriaki dari berbagai penjuru “Bangkit pemuda, bangkit, kami merindukan hadirmu, kami menantikan aksi nyatamu!”. Maka yang harus kembali dan senantiasa disadari, dipahami, diyakini, yakni jati diri dan visi agung para pemuda. Kemudian keteguhan dan kebulatan tekad untuk meraih visinya dengan kekuatan dan persatuan. Lalu semangat yang telah redup harus segera dinyalakan, untuk menyalakan obor kebangkitan untuk menyinari gelapnya keterpurukan. Dan terakhir tak perlu lagi ada keraguan untuk mendeklarasikan dan memproklamasikan pada dunia, bahwa pemuda siap untuk menyongsong perubahan untuk meraih kemenangan. Maka pemuda harus belajar kembali dari para pendahulu, menyadari realitas yang terjadi, sehingga tiada yang lain yang terpikir dalam benak “bangsa ini menunggu kita, jawaban atas semua masalah ini ada pada aksi nyata kita”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H