Mohon tunggu...
Abdul Ghofar
Abdul Ghofar Mohon Tunggu... Buruh - Menulis mengisi waktu mengungkap rasa

Santai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Secarik Kertas

2 Januari 2025   09:46 Diperbarui: 2 Januari 2025   10:30 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Secarik Kertas. Sumber dokpri

Pagi ini tanggal 2 Januari 2025, masih fresh tanggalan awal Januari, saya sedang menunggu service kendaraan yang kurang lebih 2 sampai 3 jam kata front desk nya, saya ambil secarik kertas tulisan sibungsu yang kemarin diberikan kepada kami, Ayah dan Mamahnya. 

"Alhamdulillah jazaakumullohu khoira karena telah membesarkan saya, baik secara fisik maupun mental. Maaf karena sifat aku yang egois sekalipun merepotkan. Alhamdulillah jazaakumullohu khoira, karena sudah mengurus aku sampai detik ini, meski saya sering kali menyusahkan, karena sudah mau berjuang dan merawatku dengan baik. Karenanya aku bisa memiliki fisik yang kuat dan perasaan senang. Aku minta maaf karena aku mudah terbawa emosi, alhamdulillah jazaakumullohu khoira untuk semuanya"

Tiba-tiba ada sesuatu yang berat diujung mata, saya ingin menghela nafas dan berusaha mengalihkan pikiran sejenak, agar tidak terjatuh sesuatu yang berat diujung mata saya itu. 

Setelah agak tenang hati saya, kembali saya buka secarik kertas itu lagi. 

"Saya sangat bersyukur karena telah dilahirkan menjadi anak dari orang tua hebat seperti kalian, aku minta maaf atas segala kesalahan yang aku lakukan dan terima kasih sekali lagi karena telah menjadi sosok yang luar biasa dalam hidupku! "

Aduh semakin berat diujung mata saya, ada desakan berat didada. Saya coba palingkan ke kendaraan saya yang dibongkar diruangan servis. 

"Harapanku semoga kita tetap bisa bersama lebih banyak waktu lagi, jadi tolong hidup lebih lama lagi sampai aku bisa membanggakan dengan cara yang terbaik, sampai aku bisa balas kebaikan yang tidak terhitung jumlahnya. Aku harap aku bisa terus bersama Ayah dan Mamah. Semoga kelak nanti aku bisa mengangkat derajat kalian baik didunia maupun dunia akhirat, jadi jangan bosan bersamaku ya! Masih banyak cerita masa depanku yang masih belum dijalani bersama. Aku berharap bisa menjadi anak yang solihah dan dapat membahagiakan kalian. Jangan bosan membimbingku sampai besar nanti, pokoknya aku minta maaf karena sudah banyak memberi luka pada kalian. Semoga aku bisa menjadi orang yang sukses untuk membalas kebaikan yang tidak terhitung itu. Alhamdulillah jazaakumullohukhoira"

Saya tahu dia kemarin menulis dengan deraian air mata, dibawa tenda dalam acara family........ Yang diadakan oleh teman-teman pengajian. Saya tidak berani baca itu didepan orang banyak, saya tahu bakal seperti sekarang ketika saya baca secarik kertas itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Ikhlas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun