Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mayat Rewel

2 Maret 2017   18:06 Diperbarui: 3 Maret 2017   06:00 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mayat rewel? Apa pula ini? Ya, mayat rewel, kok “apa pula ini”?

Istilah “mayat rewel” secara langsung saya dengar dari seorang pemuda 38 tahun bernama Yuli pada 1 Maret 2017 sekitar pukul 04.15. Kebetulan saya mendapat tugas siskamling malam kedua sesuai dengan jadwal dari ketua RT kami. Malam pertama pada 16 Februari lalu.

Siapa Yuli? Seorang warga di RT kami tetapi malam hingga subuh ketika itu tidak sedang mendapat kesempatan siskamling. Dia tukang parkir di depan sebuah warung nasi goreng Jalan Martadinata.

Secara kejiwaan, dia mengalami ‘masalah’. Katanya pada suatu malam, dalam dirinya dihuni oleh tiga roh. Roh hitam, roh putih, dan roh yang dia tidak tahu. Tidak heran jika dia sering berbicara sendiri, bahkan seperti pembicaraan yang seru.

Menjelang subuh itu, dia, entah dari mana, datang ke pos kamling. Kedatangannya langsung mendapat sambutan pertanyaan ini-itu dari 3-4 pemuda. Ditanya “dari mana”, jawabnya, “Tidur.” Ditanya lagi pada menit berikutnya, sambil mengaduk kopi sasetan dia menjawab, “Aku tidak bisa tidur.”

Sejak diselenggarakannya kegiatan siskamling di RT kami pada 11 Februari 2017, Yuli pun, jelas, dilibatkan karena mewakili keluarga di rumahnya. Saya tidak pernah satu regu dengan dia. Tetapi kedatangannya sangat lumayan untuk mengusir sisa waktu sampai pukul 04.30.

Lantas, bagaimana bisa keluar istilah “mayat rewel”?

Dari obrolan omong kosong mereka, sebagian menyangkut soal narkoba. Mengenai sanksi pengguna sabu-sabu, Yuli berkomentar, “Seharusnya polisi tidak usah memberi hukuman penjara atau hukuman mati. Suruh saja pengguna sabu-sabu menghabiskan sabu-sabunya.”

Bagaimana kalau satu kilogram sabu-sabu, Yul? “Suruh saja dihabisi waktu itu juga,” jawabnya. Bayangkan saja seandainya sabu-sabu sebanyak satu kilogram dihabiskan seketika oleh si penggunanya, ‘kan? Sontak obrolan semakin ramai.

Tidak kalah ramai ketika sampai pada soal si pengguna narkoba mati. “Biarkan saja. Biar telanjang, masukkan kubur!” komentarnya. Itu kalau sabu-sabu. Bagaimana kalau pengguna ineks, Yul?

“Pengguna ineks suka geleng-geleng. Matinya pun geleng-geleng. Kalau mau dibungkus kafan, masih juga menggeleng-geleng. Susah. Itu namanya ‘mayat rewel’!” komentar Yuli datar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun