Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pabrik Omong Kosong

13 September 2019   00:46 Diperbarui: 13 September 2019   00:55 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita kacamata, mikrofon, dan buku tebal saja. Kacamata berkaca retak. Mikrofon berkarat-karat. Buku tebal berongga-rongga. Kita bergeming menghadap jendela menyaksikan segala di luar sana.

Meja dan kursi mewadahi kita. Lantai, dinding, plafon, pintu, dan jendela menjadi penonton paling setia. Ya, sesekali sandal, sepatu, dan keset mengintip di bawah pintu.

Ayam memanggil matahari terbit di jendela membangkitkan kita dari selimut sutera dan lampu remang. Aroma berita baru matang menyapa. Berita tersaji dengan mengepul-ngepul asapnya. Entah berita asli. Entah berita palsu. Aroma membentang fatamorgana tentang semua paling sedap.

Kita mengaktifkan mikrofon lalu omong kosong dimulai untuk menyongsong pembukaan waktu. Apa yang kita dengar, lihat, endus, kecap, dan rasa adalah sarana menyalurkan kata-kata entah apalah. Asalkan omong kosong bisa kita umbar di atas meja.

Coba dengarkan omong kosong mereka bergetar di jendela. Mereka sengaja menantang kita, rupanya. Apakah mereka mengira hanya mereka yang paling mampu daripada kita.

Oh, tidak boleh begitu. Kacamata dan buku tebal tidak boleh mereka remehkan. Dengan mikrofon kita lebih daripada mampu jika sekadar omong kosong. Mereka bisa menuai bengong jika nekat mengangkang di jendela atau pintu.

Kita harus menyampaikan omong kosong tentang musim kemarau tampil di jendela untuk mencari gara-gara tetapi kita bangkit lalu menyesahkan kering gersangnya ke genangan air mata batu-batu. Debu-debu dan daun-daun layu adalah saksi jika mereka sangsi.

Kita harus menyampaikan omong kosong tentang musim penghujan membanjiri pintu mendaki jendela tetapi kita menaklukkan hingga tetesan mengiba-iba dalam basah dan becek. Jamur dan lumut adalah saksi jika mereka masih sangsi.

Kita harus menyampaikan omong kosong tentang angin dingin menebar lelap dan dengkur hingga udara terdesak di sudut jendela tetapi kita menempeleng dengan sekuat tenaga sampai mengaduh-aduh minta ampun merangkak ke luar jendela. Embun dan salju adalah saksi jika mereka tidak selesai sangsi.

Setidaknya kita telah berusaha untuk menandingi dan menendangi omong kosong mereka, karena kita kacamata, mirofon, dan buku tebal. Pengalaman omong kosong kita telah mendapat sertifikat rekor dunia dan mendapat garansi seumur hidup.

Setiap tawaran dan jualan omong kosong mereka bisa kita borong dengan omong kosong. Omong kosong tidak perlu memakai grosiran, angsuran, dan arisan. Percuma semua omong kosong mereka pamerkan di mana-mana dengan sponsor dan sokongan penguasa seluruh dunia, karena sesungguhnya kita juga adalah pabrik omong kosong paling tersohor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun