Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebilah Parang Menebas Salib

2 September 2019   00:00 Diperbarui: 2 September 2019   00:08 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku telah mengenal salib singgah di dadamu
Pagi menyapa daun-daun jarak putih
Keringat berkemilau senja di kolam susu
Setiap tetesnya terhitung dengan tanda tangan
Sejak kata bersama menggarap satu impian
Dalam satu musim bermuara tuaian

Tuaian dan tari-tarian di tepi pesta impian
Tepuk tangan sorak-sorai pun seperti menyambut
Murid-murid tamat dari sekolah keberagaman
Pahlawan pulang dari peperangan dengan punggung tegak

Tetapi impian perlu digali di tanah berkarang
Berbagi lahan dengan kendaraan dan kambing

Tetapi impian pun perlu ditumbuhkan
Tegar kokoh laksana pohon lontar tengah kampung
Menjulang lantang laksana menara pusat kota

Tetapi impian akhirnya perlu bermahkota
Melambai-lambai meski dalam bayangan
Masa tuai di puncak musim

Di puncak musim tidak kulihat mahkota
Impian masih kamu raba pada dinding-dinding dingin
Salib selalu singgah di pantulan senja berkerak keringat

Begitu juga di musim kedua sampai habis musim ketiga
Seperti kisah sebatang pohon ara berdaun-daun murka
Tebang tumbangkan saja daripada berbuah sesal

Aku harus menghentikan tetesan keringat di atas meja dapur
Membelai-belai sekilan keramik menggelincirkan impi
Bahu dan sikut terlalu liuk mengiringi senja turun di pucuk saujana

Tetapi mendadak tegak kepalmu
Batu-batu tercetak di sekujur kulit

Kamu meradang menerjang
Mulutmu mengumbar parang nenek moyang
Bahwa tanah karang akan menyantap korban

Aku menyaksikan salib di dadamu mendadak patah
Ditebas parang dari mulutmu

Aku mengenal salib tetapi bukan seperti di dadamu
Hanya ampunan untuk melelehkan parang dan berang

*******
Kupang, 1 Sepetember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun