: 9 Agustus jadi Hadiah dari Ibu
Tidak pernah
Aku mengisahkan kepada Ibu
Betapa tebing menjadi jalan-jalanku
Batu-batu runtuh menimpaku
Sebab aku terkandung terlahir dari
Kekuatan paling dalam dari Ibu
Malaikat selalu menjagai Ibu dan aku
Sampai tulang belulang Ibu rapuh
Aku terbungkuk-bungkuk di tebing-tebing
Terhuyung-huyung menghindar batu-batu
Bintang-bintang menjadi lampu-lampu
Jantung berdetak berirama dalam nafasku
Tidak pernah
Aku menyangka
Dalam kerapuhan Ibu mengisahkan
--- mungkin sembari berlinang ---
Tentang ratusan batang sahang Bukit Betung
Menjelma jutaan kayu junjung
"Untuk tulang belulangmu jika lungkrah
Di persinggahan 68.750 dekat tikungan
Sementara gurun sahara siap menyiang langkah."
Sebenarnya cemas menyelinap di balik suara
Apakah batang sahang hanya tanda sebelum
Kayu junjung menegakkan tulang punggung
Gerbang waktu membentang jalan raya bebas hambatan
Tidak pernah
Aku mengerang kepada Ibu
Tebing-tebing berbatu pisau parang tombak
Sebab kerapuhan telah menghalau langkah Ibu
Perjalanan menjelang tanah lapang nan lengang
Tetapi entahlah
Ibu selalu mendengar detak jantungku
menggetarkan kelambu dan ranjang besi
Tatkala aku tertatih-tatih dalam parau kemarau
Deru hujan batu setiap waktu
Aku memang harus garang melayani ganyangan
Segar menyambut fajar
Tegar menyongsong senja
Sebelum remang menuntunku ke rendaman sahang
Dekat sungai di samping rumah tukang rumah Ibu dulu
*******
Kupang, 15 Agustus 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI