Dengan segala debu melekat di bawah kakimu
Aku rebah serata tepian bayangmu
Telah takluklah sejuntai jantung paru
Oh, Pelukan yang menangkap aku
Lepasku dulu adalah limbung melambung-lambung
Laksana debu dipermainkan pertikaian angin
Laksana layang-layang putus benang
Laksana anak ayam hilang induk
Oh, Pelukan yang membentang kedua sayap
Nan lebar menghalau panah matahari biru
Matahari merah rembulan berdarah
Inilah aku yang tidak lebih gagah dari
Sebutir debu di seluruh padang gurun ini
Oh, Pelukan yang menutup rapat segala celah
Menghalau segenap angin beracun maut
Inilah aku yang berhari-hari tanpa dilirik laju
Jarum jam dan lembar almanak
Oh, Pelukan yang leburkan liar luka koreng
Menyatukanku kembali dari reruntuh puingku
Inilah aku yang ingin kedua pelupuk mataku
Terengkuh sepeluk pelukanmu membendung
Cercah siang yang pecahkan pandang
Gelap malam yang padamkan mata
Pelukanmu adalah benteng terakhirku
Bentang sayap-sayapmu bukanlah kayu batu
Aku berlindung mutlak dalam kekekalan pelukanmu
Siapa 'kan tepiskan aku dan lengan kukuhmu
Apa pula 'kan  lerai aku dari erat pelukmu
*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 23 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H