Sebelum puisi lahir
Penyair tidak henti berpikir
Bagaimana kelak puisi menjalani takdir
Dalam tatanan dan tataran
Persekutuan dan perseteruan
Keramaian dan kesepian
Ketenangan dan kewaspadaan
Setiap puisi lahir
Mampuslah penyair
Dalam kubur penyair mustahil menepuk dada
Ketika puisi ditepuk decak
Dalam kubur penyair mustahil mengelus dada
Ketika puisi ditampar bertubi-tubi
Sebelum puisi lahir penyair sudah berpikir
Puisi pasti membunuhnya
Lalu pergi menjalani nasibnya sendiri
Biarkan saja puisi menjadi dirinya sendiri
Penyair pulang ke ruang sunyi
Puisi dan penyair punya nasib sendiri-sendiri
*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 8 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H