Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Membunuh Penyair

7 April 2018   23:35 Diperbarui: 7 April 2018   23:50 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum puisi lahir
Penyair tidak henti berpikir
Bagaimana kelak puisi menjalani takdir
Dalam tatanan dan tataran
Persekutuan dan perseteruan
Keramaian dan kesepian
Ketenangan dan kewaspadaan

Setiap puisi lahir
Mampuslah penyair

Dalam kubur penyair mustahil menepuk dada
Ketika puisi ditepuk decak

Dalam kubur penyair mustahil mengelus dada
Ketika puisi ditampar bertubi-tubi

Sebelum puisi lahir penyair sudah berpikir
Puisi pasti membunuhnya
Lalu pergi menjalani nasibnya sendiri

Biarkan saja puisi menjadi dirinya sendiri
Penyair pulang ke ruang sunyi

Puisi dan penyair punya nasib sendiri-sendiri

*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 8 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun