Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Langit Kelahi

19 Februari 2018   22:16 Diperbarui: 20 Februari 2018   05:54 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Silang-selisih muasal guntur menandai
Langit kelahi di beranda tempur
Membentur tembok-tembok optik

Jangan dituduh guntur jadi sebab
Penjuru bumi patut muntab
Dalam tabuh gaduh sorak-sorai
Batu-batu cerai-berai memburai batuk-batuk

Silang-selisih bukanlah guntur digantung
Sorak-sorai tidaklah mampu merunut asal
Seakan senja saja kemilau menafik fajar

Tidak ada kelahi di langit mengilau pijar
Cahaya optik melulu cipratan

Coba telusuri sebelum waktu membenturkan
Kenyataan mengumpulkan kelabu demi kelabu
Di beranda atau balai-balai

Langit kelahi hari ini mustahil tanpa kelabu
Silang-selisih angin menderu-deru dalam kepulan
Seperti rekrutan serdadu berjibaku membangun kubu
Sampai tiba waktu beradu mengaduh-aduh
Menabuh-nabuh sorak-sorai hujan badai
Menggedor-gedor tembok-tembok optik

Sepatutnya bumi telah mencatat jejak kelabu
Sedang badai hanyalah riuh kerikil-kerikil
Meski kerikil-kerikil tersesat dalam sepatu

*******
 Panggung Renung -- Balikpapan, 19 Februari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun