Awal 2018 dunia sastra Indonesia 'diguncang' lagi oleh puisi esai yang bernama "Program Penulisan Puisi Esai Nasional" milik Denny J.A. dengan melibatkan 170 penulis, penyair, jurnalis, dan peneliti dari 34 provinsi. Sebelumnya, pada 26 April 2017, ia menerbitkan 59 buku puisi esai secara daring (online) yang ditulis oleh lebih dari 100 penulis, sebagian penyair, sebagian aktivis, wartawan, dan pengamat sosial.
Kali ini tidak sedikit kalangan bereaksi, termasuk Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Se-Indonesia (IMABSII) dan sebuah komunitas yang menyebut diri "Perkumpulan Penyair Muda Indonesia". Di samping dengan Petisi Menolak Program Buku Puisi Esai Denny J.A. yang ditandatangani oleh 549 penyair pada 19 Januari 2018, juga melalui petisi di situs www.change.org.
"Siapa pun yang khatam Sastra Indonesia terlebih lagi berkecimpung dalam dunia puisi, akan lantang mengatakan puisi esai sebagai "puisi cacat" dalam kesusastraan Indonesia. Tidak layak diteruskan bahkan "diaminkan" oleh generasi-generasi mendatang. Betapa tidak? Sindikat mengiming-imingi honorer 5 jt setiap satu karya, sebelum proses kreatif seseorang untuk berkarya terjadi. Otomatis orientasinya bukan pada karya tetapi pada nominal dan jumlah finansial yang akan diperoleh secara instan. Pantaskah diklaim sebagai puisi pembaharu, jika dalam prosesnya harus ditawari uang untuk berkarya?" kata Dira Wulandari dari IMABSII dalam tulisan Suara Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Se-Indonesia (IMABSSI) terhadap Persoalan Puisi Esai Denny J.A. pada 19 Januari 2018.
Memang, program penulisan puisi esai itu merupakan sebuah proyek. Hal ini terlihat dengan adanya sebuah surat kontrak, dan berisi harga untuk sepucuk puisi esai.
![Dok. Saut Situmorang](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/22/26731696-10155977655053959-255047624269729069-n-5a6551f916835f2815386592.jpg?t=o&v=770)
Sedikit Kilas Balik
Frasa "diguncangkan lagi" berkaitan erat dengan 'guncangan' pertama. Mau-tidak mau, sebagian kalangan pemerhati sastra Indonesia kembali membuka berita dan opini usang yang masih tersimpan di internet.
Artikel ini pun masih didului dengan membuka 'simpanan' itu--semacam membuka suatu sejarah. Pada awalnya, 1. Buku kumpulan puisi esai Atas Nama Cinta karya Denny J.A. (beredar di Toko Buku Gramedia sejak 15 April 2012); 2. Lomba Review Puisi Esai Denny J.A. dengan total hadiah Rp100 Juta (batas waktu sampai 30 Mei 2012); 3. Lomba Puisi Esai dengan total hadiah Rp50 Juta (batas waktu sampai 28 Oktober 2012); 4. Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh (2014).
Cukup 1 sampai 4 itu awalnya, dan dari mana sajakah dananya, tentu saja bisa dirunut kembali di internet. Yang paling mengguncangkan, ya, buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh.
"Tokoh yang terpilih mulai dari Kwee Tek Hoay (1886-1952), Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, HB Jassin sampai sampai dengan Helvy Tiana Rosa yang lahir tahun 1970. Tim 8 juga memilih aktivis yang menggerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi melalui karya sastra, dan sebenarnya tak berminat menjadi penyair, Denny J.A., yang karyanya 'Atas Nama Cinta' baru terbit tahun 2012," kata Ketua Tim 8 sekaligus Ketua Tim Juri Jamal D. Rahman dalam acara diskusi bedah buku tersebut di Pusat Dokumentasi Sasta HB Jassin, Jakarta Pusat, 3 Januari 2014.
Adapun daftar 33 tokoh dalam buku tersebut adalah sebagai berikut :